Ini memang benar kisah nyataku, tak ada rekayasa
sedikit pun. Aku hanya berusaha membagi sedikit pengalamanku, yang mungkin
menurutku ataupun kalian sangat menakjubkan karena jarang sekali ada anak
miskin dengan kemampuan otak yang pas-pasan
bisa berangkat ke luar negri untuk mengadu nasib, mengumpulkan puing-puing pengalaman dan mengumpulkan setitik demi setitik ilmu yang mampu aku lihat, dengar, rasakan dan resapi.
bisa berangkat ke luar negri untuk mengadu nasib, mengumpulkan puing-puing pengalaman dan mengumpulkan setitik demi setitik ilmu yang mampu aku lihat, dengar, rasakan dan resapi.
Aku Linda Siti Komah, anak pertama dari 4 bersaudara.
Aku terlahir di Desa Kedung Kencana, Ligung, Majalengka. Menurut kedua orang
tuaku aku memang anak yang berprestasi, tapi aku sendiri tak pernah merasakan
itu. Dan asalkan kalian tahu, walau sebenarnya orang tuaku membanggakanku, tapi
belum pernah mereka memujiku secara langsung. Bahkan mereka lebih sering mengatakan
aku pemalas, aku tak bisa apa-apa dan semuanya hingga aku tak tahu dari mana
awalnya. Aku merasa mereka tak adil, mereka tak pernah menghargai usahaku untuk
meraih apa yang sudah aku raih. Iyah aku ingat betul di Sekolah Dasarku dulu
aku tak lebih menduduki juara 3 di kelas. Aku slalu berusaha untuk meraih
prestasi yang lebih dan lebih, hingga tak aku sadari apa yang terjadi aku pun
pernah terjatuh dan hanya meraih peringkat ke-5 di kelas. Inilah awal
kenekatanku. Aku menulis surat untuk bibiku. Aku tak peduli entah bagaimana
cara aku mengirimkan surat itu, yang terpenting bagiku hanyalah aku bisa
sedikit meringankan bebanku, diriku yag selalu merasa tertekan. Aku katakan
jika aku ingin pindah sekolah dan menetap dengan bibi dan nenekku. Tahukah
kalian, saat itu beruntungnya bibi main ke Rumahku dan aku hanya bilang. Aku
ingin menginap di Rumah bibi untuk beberapa hari karena saat itu adalah liburan
kenaikan kelas. Aku ingat betul saat itu aku menduduki kelas 4 SD dan telah
siap naik ke kelas 5. Hari-hariku berlalu di Rumah bibi, hingga suatu malam aku
beranikan diri untuk bercerita akan niat gilaku pindah sekolah. Pernahkah
kalian bayangkan, akhirnya bibi pun menyetujuinya, dengan catatan dari
keluargaku bahwa bibi yang menanggung biaya hidupku. Walau secara tidak
langsung mereka pun turut andil dalam hidupku. Dan aku pun pulang dengan bibi
ke Desa tempat aku dilahirkan. Aku kemasi barang-barangku, dan buku-bukuku.
Foto Nda waktu SD
Hari pertama masuk sekolah baruku di Desa Sende. Aku
tak punya teman, untungnya aku memang sedikit pandai bergaul dan aku mengenal
Lindi, Wastini dan Alfia. Aku merasa aneh akan suasana ini. Aku pikir, mana ada
anak berangkat sekolah pagi buta, setelah Adzan Subuh berkumandan? Ini belum
pernah terjadi di Sekolah lamaku. Kami tetap saja menanti hingga hari beranjak
terang dan seorang guru datang membukakan pintu kelas. Aku kembali merasakan
hal aneh saat kami harus berdesakan didepan pintu. Dan ini yang paling
mengagetkan, saat semuanya berdesakan masuk tiba-tiba kaca kelasku pecah. Aku
tak tahu siapa nama dia, tapi sikut perempuan itu berdarah. Dan saat aku
berusaha masuk, ada seseorang yang mendorong tubuhku hingga aku terjatuh.
Bibiku sangat panik saat dia melihat lututku berdarah, dia mengira aku terkena
serpihan pecahan kaca. Tapi itu hanya luka biasa. Apakah kalian tahu? Ini kali
pertamanya aku merasa sangat diperhatikan. Sebegitu paniknya dia melihat luka kecil di lututku. Akhirnya aku
mendapatkan tempat duduk di bangku pertama. Hah, apa ini? Kita duduk sebangku
bertiga? Aku berusaha melihat sekelilingku dan pernahkah kalian bayangkan
berapa banyak siswa didalam kelasku. Seingatku sekitar 64 sisawa. Dua kali
lipat banyaknya dari siswa di Kelas Sekolah lamaku. Inilah hari pertamaku di
Sekolah, aku tak tahu apa aku harus mengatakan hari yang mengesankan atau malah
menyebalkan. Dan lagi sempat ada masalah di Kantor karena aku pindah Sekolah
tanpa surat pindah dari Sekolah lamaku. Yah gimana mau dapat surat pindah, aku
saja tak pamit pada guru-guru atau pun teman-temanku jika aku mau pindah Sekolah.
Hari-hariku berlalu penuh tantangan. Banyak yang
mengatakan aku orangnya galak, jutek, nyebelin, ganjen, dan banyak hal lainnya.
Tapi aku tak peduli, inilah resikonya anak baru cantik dan pinter hehehe
(jangan dipikir beneran, aku ngasal aja, aku juga ga tau. Kalau mau tau
langsung saja tanya sama teman-teman dikelas ataupun kakak kelasku). Yang
pastinya hari-hariku penuh dengan pengalaman yang menyebalkan, tapi indah. Nggak pernah kebayang sedikitpun kalau hari-hariku
bakal nggak tenang seperti ini. Hari itu adalah tugas menggambar. Dan ini kali
pertamanya kejailan di hari-hariku dimulai. Bagaimana aku nggak naik darah,
hampir satu jam aku menggambar, tiba-tiba ada seorang cowok, teman kelasku yang
duduk dibelakang (nama tidak disebutkan, cukup yang merasa saja. hehehe)
tiba-tiba datang berdiri didepan bangkuku dan menyobek hasil gambarku. Aku
merasa benar-benar marah untuk kali pertamanya. Aku orangnya dari dulu dikenal
galak dan nggak penakut. Aku tonjok aja mukanya (jangan ditiru yah kawan, ini
sebenarnya tak baik). Ternyata hal menyebalkan dalam hari-hariku terus
berlanjut. Tidak hanya kejailan dari teman-teman sekelasku tapi juga dari kaka
kelasku. Mungkin aku tak bisa menceritakan semua kejailan mereka. Nanti bosen
lagi kalau ceritanya kepanjangan. Tapi taukah kalian? aku slalu berusaha kuat,
aku slalu bisa menghiburku diriku sendiri. "Ingat Linda, mimpimu
dimulai dari sini, kamu nggak mungkin kembali lagi ke Sekolah lamamu. Bertahan
dan buktikan kalau kamu mampu jadi yang terbaik, seberapapun hari-harimu sangat
menyebalkan". Aku hanya menduga, karena aku tak tahu, mereka yang
menilaiku. Tapi mungkin di mata mereka, aku adalah gadis yang kuat, tak tahu
malu, tahan dihina, dijailin. Sebenarnya jika di Rumah aku pun menangis. Cukup
keluargaku saja yang tahu kelemahanku. Aku sama seperti mereka, aku juga
manusia yang memiliki hati. Apa salahku? Aku hanya menuntut ilmu dan berusaha
menjadi yang terbaik, tapi mereka semua slalu membuat hari-hariku sangat
menyebalkan. Dan pada akhirnya semuanya menjadi kisah indah yang tak dapat
terlupakan saat kami akan beranjak menuju SMP.
Pagi ini tes masuk SMP. Aku selalu percaya,
Allah akan selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya yang percaya dan
mau berusaha. Tes berjalan dengan meneganggkan. Setelah tes aku
langsung pulang. 3 hari itu berjalan sangat lambat. Menanti pengumuman hasil tes, jujur ada rasa takut,
bagaimana kalau aku tak lulus? Lalu
aku mau sekolah dimana? Nggak Linda, kamu pasti lulus. Kamu harus yakin kamu
pasti lulus.
Hari yang dinanti pun tiba. Aku dan teman-temanku
berkumpul di Balai Desan tepat di depan Sekolah kami. Dan ternyata, "Hore
bibi aku lulus, aku diterima di SMPN 1 Arjawinangun bibi bisa dengarkan di Arab
sana kalau aku bisa buktikan aku bisa memenuhi mimpiku. Usaha bibi ke sana untuk
membiayai sekolahku takkan aku sia-siakan". Tak peduli walau nilai yang
aku dapatkan pas-pasan yang penting aku bisa sekolah di SMP impianku.
Tiga tahun berlalu begitu cepat, dan inilah saat-saat
mendebarkan pengumuman masuk SMA. Nilai nemku lumayan bagus, tapi sayang tak cukup untuk mendaftar ke SMA
impianku yaitu SMAN 2 Cirebon. Apalagi bibi dan orang tua tak setuju jika aku
sekolah di kota. Akhirnya aku menurut
saja sekolah di SMAN 1 Palimanan. Kawan, dari sini aku belajar 1 hal.
Kadang apa yang menurut kita baik, apa yang kita harapkan belum tentu baik
dimata Allah. Dan percayalah pilihan-Nya itu selalu yang terbaik, walau aku
akui kadang kita sulit untuk menerimanya. Tapi coba syukuri dan resapi, niscaya
kalian temukan hikmah yang ingin Allah berikan pada kita.
Perjuanganku semakin tertantang untuk meraih mimpi.
Aku sekarang telah kembali tinggal bersama orang tuaku di Desa Kedung Kencana,
Ligung, Majalengka. Aku membutuhkan waktu 45 menit untuk mencapai ke Sekolah
dengan mengendarai motor. Itupun dengan catatan harus kecepatan minimal 70
KM/jam atau bahkan aku bisa melaju sampai kecepatan 100 KM/jam (tapi jangan
ditiru yah, sebenarnya ini berbahaya, hanya saja karena sebelum aku berangkat
sekolah, aku harus membantu orang tuaku membereskan dagangannya atau melayani
pembeli). Aku tak ingin mengenal apa itu dingin, panas, hujan yang ada
dipikiranku hanyalah bagaimana aku bisa menuntut ilmu, tak peduli berapa jauh
jarak yang harus aku tempuh. Karena hari ini menentukan masa depan kita
esok. Esok tak akan pernah datang jika hari ini tak ada.
Kawan aku sejujurnya tak pernah ada bayangan
sedikitpun untuk bisa menuntut ilmu di luar negri. Apalagi di Negara Eropa tak
ada sedikit pun dalam rencana hidupku. Tapi aku pernah berharap, aku bisa
mengunjungi Paris, melihat keindahan menara Eiffel secara langsung. Itupun
karena aku pernah menontonnya di acara TV. Semuanya berjalan begitu saja. Yang
aku tahu aku slalu berusaha jadi yang terbaik, melakukan yang terbaik dan
memiliki rancangan hidup di masa depan. Sebenarnya cita-citaku banyak, cita-cita yang paling
muluk adalah menjadi dokter. Aku ingin menjadi dokter, karena dulu saat kakekku
sakit, ternyata dokter tak bisa menolongnya, hingga akhirnya beliau meninggal.
Padahal dia adalah kakek terbaik sedunia. Masih ingat betul saat di Masa
kecilku di Jakarta. Jika beliau mau ke Pasar untuk membelikanku buah mangga,
beliau selalu mengajakku. Dan beliau selalu dengan kuat mengayuh sepedanya di
usianya yang tak muda lagi. Dan
tahukah kalian? Di boncengan belakang aku duduk di dalam kardus besar sekali.
Sepertinya kardus itu bekas TV dan saat kami selesai belanja, semua buah-buahan
ditaruh didalam kardus bersamaku, beliau tak pernah lupa membelikanku makanan
yang bisa aku makan selama di perjalanan, tapi yang pastinya ada celah udara di
dalam kardus itu. Itulah hal yang terindah yang selalu aku ingat tentang
beliau. Aku ingin menjadi dokter hebat hingga bisa menyembuhkan banyak orang.
Oh yah tak hanya itu cita-citaku,
aku juga ingin jadi seorang perawat. Tahukah kalian kenapa? aku pikir perawat
itu cantik dengan bajunya yang putih bersih, selalu ramah. Jika kita jadi perawat kesabaran dan keikhlasan kita
benar-benar di uji. Mungkin itu salah satu alasanku ingin jadi perawat, karena
kita bisa selalu memperbaiki diri, bersikap ramah dan menolong banyak orang.
Aku juga ingin jadi guru, guru itu pahlawan tanpa tanda jasa. Pernahkah kalian
mengingat betapa besarnya jasa seorang guru? Mereka yang mengajarkan kita
banyak hal, mereka yang sangat berjasa bagi bangsa ini. Karena mereka, penerus-penerus
bangsa terlahir. Intinya jadi guru itu bisa berarti bagi orang lain. Dan cita-cita yang paling saya impikan. Saya ingin
jadi seorang penulis. Entah itu
menulis Cerpen, Puisi ataupun Artikel-artikel. Aku juga nggak tau kenapa? Mungkin ini yah yang disebut bakat, aku suka sekali
membaca cerita-cerita, artikel-artikel. Semua yang ada di depan mataku jika itu
menarik perhatianku, akan segera habis aku baca. Tapi yang paling aku suka
adalah menulis, aku mulai menulis buku harian sejak aku jadi anak baru di
Sekolah Dasar Sende. Aku merasa tenang jika aku sudah mencurahkan isi hatiku
pada sebuah tulisan. Sayangnya telah banyak buku-buku harianku yang hilang
entah kemana. Aku mulai bisa
menulis Cerpen saat aku duduk di kelas 2 SMP. Saat itu aku memiliki seorang
sahabat Pena. Dia sekolah di SMPN 2 Arjawinangun. Dan yang paling berperan adalah seseorang yang jadi
inspirasiku menulis puisi ataupun cerpen-cerpen lainnya. (Nggak usah di tebak
yah, hehehe. Jadi malu). Sayangnya keingininanku yang satu ini tak didukung
oleh kedua orang tuaku. Tapi kawan, aku tak ingin putus asa atau menyerah
begitu saja. Tak banyak orang yang bisa menulis, mengarang atau mencurahkan isi
hatinya pada sebuah tulisan. Makanya hingga saat ini aku jadikan menulis
sebagai hobyku, pengisi waktu kosongku, penghilang jenuhku dan pelipur sepiku.
Walau aku tak mampu seperti bunda Asma Nadia, tapi aku ingin tulisan-tulisanku
bisa bermanfaat bagi orang lain. Oh yah kawan, tidak semua orang suka menulis
atau membaca. Setiap orang memiliki bakat dan minat masing-masing. Satu
pesanku, tekunilah bakat dan minatmu tapi dalam hal positiv dan jadikanlah
kelebihanmu sebagai suatu bentuk yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Untuk
apa kita hidup? Jika dunia tak mampu mengenang kita sebagai seseorang yang
berharga. Jangan menunggu kaya baru memberi, tapi meberilah, karena dengan
memberi kita akan merasa kaya.
Aku tak tau dari mana awalnya hingga aku bisa
mengikuti les bahasa jerman. Padahal aku
paling tak suka mempelajari bahasa asing. Aku lebih suka bertemu angka-angka
atau mungkin tugas mengarang. Dan pernahkah kalian tahu? Otakku yang pas-pasan
ini sangat lemot jika mesti mengingat kata-kata baru bahasa asing. Hanya saja
entah apa, tapi ada sesuatu yang mendorongku mengikuti les bahasa jerman. Padahal
Jam pelajaranku saja baru berakhir pukul 16.00 WIB. Di tambah lagi harus
menempuh jarak dari sekolahku menuju Jatiwangi. Dan inilah yang aku suka,
tantangan. Bekejaran dengan waktu, walau sesampai disana mungkin otakku yang
paling lemot dalam menerima materi pelajaran. Lesku berakhir sekitar pukul
18.00 WIB. Biasanya sebelum pulang kita menunaikan shalat di tempat les (ingat
shalat itu hukumnya tetap wajib, sesibuk apapun harus diusahakan shalat yah).
Dan ingat kawan aku belum bisa pulang ke rumah. Hari senin dan selasa adalah
hari yang paling menantang, karena ada pelajaran Biologi (Wah ketahuan dhe anak
IPA..hehehe. Tapi menurutku IPA atau IPS sama saja, yang penting adalah jalani
semuanya sesuai minat, bakat dan kemampuanmu. Jangan mengikuti kata-kata
mereka, karena hanya kamu yang tahu kemampuanmu sendiri, BUKAN MEREKA). Nah
sepulang les itu biasanya aku bakal nyangkut di Warnet. Yah itu dia,
mengerjakan tugas Power Point Biologi. Pasti kalian pernah kan bikin Power
Point, kalau yang pernah bikin pasti bakal tahu berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk membuat sebuah Power Point, nggak perlu yang bagus-bagus
kawan. Walaupun sederhana yang penting isinya berbobot dan besok saat kita
didepan kelas, kita bisa mempersentasikannya dengan baik. Malam kian larut,
biasanya kalau sudah kemalaman aku akan memilih menginap di rumah bibi di
Sende. Karena jarak dari rumah ke sekolahku tak terlalu jauh dan untungnya
jadwal pelajaran besok tak berubah. Mungkin sesampai di rumah pukul 21.00 WIB.
Aku pun segera mandi, shalat dan makan. Jika mataku sudah tak kuat lagi
bertahan, aku akan memilih tidur. Dan berusaha bangun pagi-pagi buta. Karena
aku harus mempelajari materi yang akan disampaikan kelompokku besok didepan
kelas. Memang biasanya tugas kelompok, tapi ini dia yang paling menyebalkan
kadang ada saja anggota yang tak baik hati. Membiarkanku atau anggota yang lain
mengerjakan tugas kelompok tanpa campur tangan mereka. Dan mereka hanya
enak-enakan. Tapi sabar kawan, dunia itu selalu penuh dengan keadilan. Biasanya
mereka yang tak ikut andil dalam mengerjakan tugas, akan 3P (planga, plongo,
pao..hehehe) yah wajar mereka kan tak tau seperti apa Power Point kita. Jadi
jangan larut dalam kemarahan atau kesedihan karena masalah seperti ini. Itulah
sedikit kisahku di SMA.
SMA kelas X-1 bersama Nurqonaah, Nay, & Astri
Di Perpus with Rina (ga boleh bawa makanan & minuman) & Nunung yang bergaya depan kamera
Pulang sekolah Shopping with Rina
Harusnya Pengayaan malah asyik Foto2, jadi telat dhe masuk kelas
Ujian Praktek Drama Bahasa Indonesia (XII IPA 1)
Ujian Praktek Drama Bahasa Sunda
Ujian Praktek TIK
Perpisahan :( (ribet pake Kebaya)
Nah ini yang sebenarnya dari tadi yang ingin segera
aku ceritakan. Pasti nggak terbayangkan ko bisa seorang Linda kecil, yang imut,
manis, tapi tak jarang nagis..hehehe. Bisa sampai di Jerman. Jadi gini
ceritanya. Selama aku belajar bahasa jerman, aku nggak mau menyerah walaupun
aku ketahui dan sangat aku sadari otakku sangat lemot dalam mencerna materi
bahasa asing. Tapi Mottoku, sekali aku terjun dalam suatu pilihan yang
menentukan mimpiku, masa depanku, aku harus tetap semangat. Pokoknya Jangan
pernah terfokus pada kesulitan-kesulitan didalam kesempatan yang ada, tapi
fokuslah pada kesempatan yang ada itu walau kesulitan-kesulitan siap
menghadang. Hai kawan, kita tak bisa langsung sukses gitu aja, kecuali
dapat warisan bonyok, jalan sesat atau hal-hal yang negatif lainnya. Kalau mau
jadi orang sukses harus berani nekat, tapi ingat kawan. Jangan artikan nekat
disini sebagai tindakan yang merugikan orang lain seperti kriminal dan hal-hal
negatif lainnya. Kembali ke Cerita Nda. Jadi selama aku Les, aku nggak pernah
peduli mau otakku Lola ke, lemot ataupun tulalit. Tapi aku tahu, aku akan slalu
berusaha sampai aku memang harus mencari mimpi lain. Percayakah kawan? Aku
punya poster di kamar. Ih aku itu kalau ngefans sama artis nggak sampe beli
poster, ngapain? Mereka aja nggak kenal kita. Jadi Poster itu bertuliskan (baca
baik-baik ya kawan) "Pergi ke Jerman atau Nggak kuliah sama
sekali". (Aku baru sadar kalau aku nekat). Keluargaku mengira jika itu
hanya main-main. Jangan salah kawan, kita sebagai manusia yang memiliki masa
depan wajib memiliki mimpi dan wajib memperjuangkannya sampai titik darah
penghabisan (kayanya terkesan lebay, tapi beneran tahu). Jangan dikira semuanya
akan berjalan mulus dalam meraih mimpi dan cita-cita. Bisa dibilang aku pun
menangis darah ingin menginjakkan kaki di Negara Pemenang ke 3 di Fifa World
Cup tahun 2010 ini. Usaha tetep ikut
les, walau dengan tenaga yang tersisa, capek, panas, kehujanan, dingin dan
takut juga. Cewek mana yang nggak takut pulang sendirian malam-malam. Padahal itu
sangat berbahaya. Tapi papahku yang paling bijaksana sedunia (Pasti dund aku
banggain papahku sendiri, masa banggain papah yang lain yang tak aku kenal)
pernah bilang, "Hidup dan Matinya manusia sudah diatur sama Allah.
Kadang pas bener-bener kondisi seperti diujung tanduk, kalikaligane bae ana
kang nyelametnang". Itulah Kuasa Allah kawan. Percayalah Allah slalu
memberikan perlindungan lebih bagi hamba-hambanya yang memiliki rencana
baik". Makanya aku nggak pernah takut walau sebenarnya ada sedikit
perasaan takut.
Sebelum aku bisa berangkat ke Jerman, aku harus tes
bahasa jerman dulu kawan. Jika aku tidak lulus, maka aku harus mengulang lagi.
Tapi ingat kawan, walau kita harus memiliki option lain. Jangan sekali-sakali
terfokus pada option lain. Tapi fokuskan pada option yang pertama dan utama.
Ada teman yang bilang, dan saya sendiri pun sudah mengalaminya. Semua
hasil ditentukan oleh prosesnya. Jangan mengharapkan hasilnya akan hebat, jika
kita melewati prosesnya dengan apa adanya saja. Semuanya butuh perjuangan dan
pengorbanan. Dan ini yang kedua kalinya hasil tes bahasa jerman
saya ternyata pas-pasan. Inget kan diatas aku pun menulis, sewaktu aku mau
masuk SMPN 1 Arjawinangun, ternyata nilaiku pas-pasan. Jujur, aku sebagai
manusia biasa yang memiliki hati, yang bisa dibilang cengeng. Saat pengumuman
itu, guru bahasa jermanku mengumumkan hasil tes kemarin via SMS. Kami semua yang kemarin ikut tes berkumpul
didepan kelasku sewaktu jam istirahat, aku sudah sejak tadi menangis didepan
pintu kelas. Aku sendiri nggak tahu, apa yang aku tangisi? Haruskah aku sedih
karena aku mendapatkan nilai pas-pasan tapi tak aku pungkiri karena dengan
nilai pas-pasan itu aku memiliki kesempatan berangkat ke Jerman. Seakan nafsu
makanku hilang, tapi teman-teman malah ngelawak didepanku, jadi ketawa tapi
airmataku tak juga kunjung berhenti menetes. Hari yang berkesan.
Perjuanganku belum berakhir sampai disitu. Kami telah
lulus Ujian Nasional, begitu juga aku. Teman-teman yang lain sudah mulai daftar
ke Universitas impian mereka. Sedangkan aku, aku nggak tahu. Aku nggak pernah
membayangkan kuliah disini saat ini. Tahukah kawan apa alasanku? Aku sadari aku
terlahir bukan dari keluarga yang berada, orang tuaku tak lebih hanya pedagang
sayur. Aku memiliki dua orang adik yang masih berhak memiliki masa depan dan
mimpi. Sedangkan aku, aku adalah seorang gadis pemimpi. Aku tak mau karena orangtuaku
membiayaiku kuliah sehingga adik-adikku putus sekolah. Dan aku tak mau
menyia-nyiakan kesempatan keliling dunia yang sudah didepan mata. Dan tahukah
kawan inilah ide nekatku dimulai? Aku tak mendaftar ke Universitas manapun,
yang terparah pernah ada surat datang ke Desaku di Kedung Kencana, tawaran
beasiswa, walaupun bukan dari Universitas terkenal. Tapi ini juga salah satu
masalah bagiku. Aku harus berdebat dengan orang tuaku karena keputusanku yang
tak mendaftar ke Universitas manapun. Aku diminta kuliah di Universitas yang
menawariku beasiswa. Aku pun marah, Tegakah mereka menghancurkan mimpi yang
telah begitu tinggi aku bangun dengan susah payah? Tidakkah mereka melihat
pengorbananku membangun itu semua? Tidakkah mereka mengerti perasaanku? Aku
beranikan mogok makan, mogok bicara. Tapi aku tetap melakukan kewajibanku
dirumah, seperti membantu orang tua. Mogok makan sudah aku lakukan, tak juga
kelihatan cahaya hasil yang baik. Dan aku ingat betul siang itu, aku berangkat
ke Sekolah karena kepalaku sudah penuh, dari pada aku marah-marah nambahin
dosa. Lebih baik ke Sekolah, ketemu teman-teman, entah main futsal, foto-foto
nggak jelas atau sekedar mendengarkan curhat mereka. Tiba-tiba bibiku menelfon,
hatiku sudah merasa tak enak. Sepertinya aku sebentar lagi akan menangis atau
akan naik darah. Aku pun pulang ke rumah bibiku. Dan hatiku memang slalu benar,
disana aku dinasehati hingga aku tak bisa menahan air mataku. Bukan karena aku
terharu, aku bisa terharu tapi pada posisi yang tepat. Saat itu yang aku
rasakan adalah marah, ketidak adilan, kekejaman, dan keegoisan. Inilah aku
seorang Linda yang sulit membela diri
jika di pojokkan, karena aku rasakan percuma aku bicara, yang ada bibi akan
marah atau tambah memojokkanku. Saat itu otakku benar2 buntu. Aku marah pada
mereka, Kenapa? Kenapa mereka yang ingin menghancurkan mimpiku? Tapi ingat
kawan, Allah slalu menjaga orang-orang yang memiliki niat baik. Aku pergi
meninggalkan bibi tanpa kata. Aku pergi ke masjid Arjawinangun, disana aku
berdoa, menangis dan menumpahkan segala rasa sakitku. Saat aku pikir hatiku
mulai lega, hari tak terasa mulai senja. Akhirnya aku putuskan menenangkan diri
di Rumah teman. HP aku matikan. Aku tahu mereka pasti sangat khawatir karena
senekatnya aku, aku belum pernah kabur seperti gini. N Tidak meninggalkan kabar. Tapi sayangnya saat ingat
uang di dompet cuma Rp. 20.000,00. "Ya Allah saat terdesak seperti ini
masa nggak punya tabungan sih, nanti acara perpisahan besok lusa gimana? Mesti
nyewa kebaya, minta dianterin ke gedung acara". Mungkin inilah petunjuk
Allah, bahwa cara yang aku ambil salah. Pukul 19.00 WIB, aku SMS sahabatku
minta dijemput di Arjawinangun, padahal aku bisa saja pulang sendiri, karena
akupun punya motor. Tapi aku takut,
katanya jalan ke Sende rawan, mana saat itu gerimis. Pasti nanti jalanan sepi.
Beruntungnya dia mau menjemputku. Tahukah kawan? Sesampai di Rumah bibi, aku
temukan bibi sedang berdoa dengan linangan airmata. Benarkan. Mereka itu pasti
mengkhawatirkanku. Tapi aku pastikan acara kaburku yang hanya berlangsung 5 jam
ini sukses. Karena sebelumnya aku tak pernah senekat ini. Dan walhasil aku
diijinkan berangkat ke Jerman. Tapi
tak afdol jika sebuah mimpi besar tanpa rintangan-rintangan yang lain. Sekarang
yang jadi masalahnya tiba-tiba keluarga jerman yang mau menampungku,
membatalkan begitu saja. Alhamdulillah Allah membelaiku dengan lembut. Aku
slalu berdoa dan tak berhenti berharap bahwa akan ada keluarga yang lebih baik
dari mereka. Penantian panjang aku lewati, mendengar gunjingan-gunjingan
tetangga sudah jadi makanan biasa bagiku. "Tapi ingatlah, aku pasti
mampu menunjukan bahwa apa yang kalian ucapkan tak benar". Aku punya hati sama seperti kalian. Aku pun marah dan
sakit saat digunjingkan. Tapi bukan anak papah, mamah dan bibi jika aku menyerah
begitu saja. Ada pepatah mengatakan, "Mereka menggunjingkan kita
(fitnah), yaitu hanyalah mereka yang ingin seperti kita tapi mereka tak
mampu". Hingga aku bernadzar, "Jika sampai akhir Juli aku
tak menemukan setitik cahaya harapan, maka akan aku pilih tawaran seseorang
untuk ikut mencari kerja di Cikarang. Tapi jika sebaliknya, aku ingin
mengadakan syukuran bersama sahabat-sahabatku sebelum aku meninggalkan tanah
air". Dan Allah mendengar Nadzarku. Allah memberikan keluarga Jerman
yang baik, penyabar dalam membimbingku dan aku merasa disini diperlakukan
sebagai bagian dari keluarga mereka. Inilah Kemurahan Allah bagi
hamba-hamba-Nya yang ikhlas dan mau bersabar.
Orang-orang terhebat dalam hidupku
"Kita hanya manusia biasa, memang benar kita
hanya memiliki kemampuan terbatas, tapi dengan kemampuan yang terbatas itu,
buatlah sesuatu yang manfaatnya tanpa batas".
nice girl,, kupikir, pasti bahagia sekali menjadi dirimu ...
AntwortenLöschengenggamlah hidupmu, duniamu, mimpimu, segalanya. sebelum orang-orang serakah menggenggam habis semuanya dan tidak menyisakannya untukmu ...
very nice, aku mengagumimu ...
sebenarnya kehidupan itu penuh bahagia, dan seberapa bahagianya hidup kita, bergantung kita yang menikmatinya :) terima kasih. salam kenal mas, dan saya masih berharap bahwa saya bisa menggapai mimpi-mimpi saya :)
AntwortenLöschenkau mengatakan itu karena suasana hatimu sedang baik. kau tahu, hidup itu egois!. dia membuat banyak orang menderita tanpa bertanya terlebih dahulu. akibatnya, orang itu menangis, sedih, hampa, ketakutan, rapuh, dan semua itu sangat menyakitkan. dia juga membuat banyak orang bahagia tanpa bertanya terlebih dahulu. akibatnya, orang itu kaya dan bahagia, maka ada yang sombong, angkuh, jahat, meski ada sedikit yang baik, mungkin orang tua asuhmu salah satunya, dan itu semua menyedihkan. bagaikan arus ombak dilautan, terkadang kencang dan terkadang pelan, seenaknya saja, tanpa bertanya terlebih dahulu.
AntwortenLöschensalam kenal juga. sepertinya jumlah mimpimu akan menyaingi jumlah teman-temanku dilangit hitam.
sayangnya saya kurang sependapat dengan mas. jika hidup itu bagaikan sekolah, apakah saat kita akan ujian, guru akan memberitahukan dulu soal2 ujian lalu baru diujikan? tentunya tidakkan. tapi setidaknya kita brusaha menyiapkan diri dengan menyiapkan mental dan berusaha belajar untuk mampu mengerjakan soal-soal dengan baik. itu sama halnya dengan kehidupan, kita semua tahu, hidup ini tak selamanya indah tapi juga tak selamanya menyakitkan. makanya kitapun harus mempersiapkan mental dan hati kita untuk menjalani itu semua dan melewati segala kemungkinan dengan terus berusaha melakukan yang terbaik.
AntwortenLöschenmas, saya sendiri suka merasa iri, saat saya melihat orang yang cacat tapi dia bisa menjadi pribadi yang luar biasa dan tetap tersenyum menjalani hidup ini walaupun dengan keterbatasan yang dia miliki. jika dia bisa merasakan keindahan hidup ini walau dengan keterbatasannya, kenapa kita harus marah pada kehidupan?
bukankah hidup itu proses untuk meraih kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan setelah kematian, mas percayakan bahwa setelah mati itu akan ada kehidupan lagi yang abadi?
jika kita percaya pada hal itu, mengapa mas lebih memilih memiliki teman-teman dilangit hitam, padahal mas bisa meraih teman-teman yang lebih baik dilangit cerah? Mengapa kita harus menyerah padahal kita masih bisa berusaha untuk lebih memandang bahwa hidup ini indah.
teman-temanku, ya, hanya mereka. karena hanya mereka yang selalu setia mendengarkanku, meski mereka tidak pernah menjawabku. aku senang meski hanya didengarkan.
Löschenkehidupan abadi? aku percaya. aku ingin mencari seseorang dikehidupan itu, mendengarkannya dan duduk dimajlisnya. aku juga berpikir jika hidup ini tak ubahnya hanyalah jembatan menuju khidupan itu. tapi jembatan itu begitu membosankan.
aku tidak marah dengan kehidupan. biar bagaimanapun, itu adalah skenario Tuhan. hanya saja, aku menganggap hidup ini egois karena aku kesal dengan diriku sendiri. entah kenapa aku begitu membenci diriku sendiri. mungkin satu-satunya orang yang paling kubenci didunia ini adalah diriku sendiri. dan itu entah kenapa. mungkin karena aku belum menemukan hidupku yang sesungguhnya. tapi banyak hal yang sudah kulakukan, banyak hal yang sudah kuselami, tapi aku masih belum menemukan siapa aku sebenarnya. pikirku, mungkin aku terlahir tanpa talenta. pikiran demi pikiran pun kurangkai untuk memaknai hidupku. tapi semakin banyak aku menerjamahkan pikiranku semakin aku membenci aku. hanya segenggam semangat dan sejuta mimpi yang tersisa, hingga aku memiliki alasan untuk tetap berjalan dibawah langit cerah meski aku merasa sendiri ditengah-tengah keramaian.
mmm... maaf, seharusnya aku tidak perlu menulis hal bodoh ini. dan, terima kasih, aku sudah mengatakan ini meski lewat tulisan konyol ini.
kalau aku bisa tanya, bagaimana kau menyiapkan mentalmu??
oh ya, meski kau tidak tanya, namaku akbar.
nda juga ngerti ko, bagaimana rasanya saat kita membenci diri kita sendiri. tapi sampai kapan? sampai kapan mas akan bertahan pada perasaan tersebut?
LöschenKenapa mas tidak mencoba tersenyum? klo mas punya waktu, mas bisa baca tulisan nda di artikel. itulah cara nda menyikapi hidup ini.
Nda tahu suatu hari nda ga akan bisa menggoreskan cinta diblog ini lagi, nda tahu suatu hari cahaya nda akan padam. dan itu pasti adanya. tapi karena nda tahu itu, makanya nda sadar, nda ga ingin menyiakan waktu nda yang masih tersisa. nda ingin tetap tersenyum, hingga kelak dunia akan mengenang senyum nda, nda akan terus bercahaya, walau kelak cahaya itu padam, tapi nda berharap cahaya itu mampu membekas dihati mereka semua, orang-orang yang mengenal nda.
Dan karena itu nda selalu berusaha dan bersemangat, walau sesekali nda terjatuh, tapi nda percaya, karena mereka merasakan cahaya dan senyum nda dihati mereka, makanya saat nda terjatuh, mereka langsung menggapai tangan nda.
nda selalu berpikir, teman yang baik tidak datang dengan sendirinya, melainkan jika kita bisa melakukan dan memberikan yang terbaik buat mereka, kelak merekapun akan mengerti, bahwa nda berarti untuk mereka. nda pernah ko merasa nda benci sama diri nda, tapi ternyata semua itu takkan pernah merubah nda, untuk apa nda membenci diri nda, sedangkan disisi lain nda masih bisa membagi senyum nda dengan mereka.
dolphin, kau sudah menemukan hidupmu???
Löschendulu, waktu aku tsanawiyah, disudut kota Tanjungbalai, aku tumbuh sebagai anak yang sedikit bandel. pulang larut malem, bareng ma anak-anak nakal, bolos, tak jarang ibuku menangis karenaku. tapi saat itu aku sudah mulai berpikir untuk hidupku. waktu itu aku mulai mencintai musik. aku pun terpengaruh lingkungan dan mecoba untuk mengikuti lingkunganku. kami mendirikan sebuah grup band dan aku megang bass. ku pikir, ini adalah awal hidupku. aku akan menjadi pemain band dan musisi terkenal. lalu aku pun mulai menciptakan beberapa lagu. -hanya satu lagu yang masih kuingat sampai sekarang. singkat cerita, kami pun mentas dalam sebuah parade band. menarik, waktu itu, dan aku gembira. tapi, kami kalah dalam parade itu. hari demi hari berlalu, hingga band kami bubar. beberapa waktu berlalu, aku hampir menemukan hidupku didunia seni akting. waktu itu kami mendirikan komunitas drama. sempat dua kali mentas. tapi, sama saja. kami pun bubar.
masa tsanawiyah berlalu. setelah lulus, aku berpikir untuk mulai mengejar satu-persatu mimpiku. demi itu, aku harus meninggalkan orang tua, keluarga, dan seseorang yang sangat kucintai, demi mimpi. aku mencari rasa yang berbeda. aku mondok di ponpes Tebuireng Jombang. kupikir hidupku ada dipesantren. tapi, aku merasa kurang puas. ku pikir, mumpung masih berasa di tanah Jawa aku harus mempunyai ilmu kanuragan. lalu aku pun belajar ilmu perdukunan, aku sempat puasa tiga bulan mengasah kanuragan kemudian orang tuaku tidak memberi izin dan perdukunanku pun berhenti. kemudian, aku teringat akan masa kecilku yang selalu berkhayal ketika menonton 'power rangers'. seolah aku menjadi mereka. aku pun memutuskan masuk sebuah perguruan silat wushu atau yang sering dikenal dengan kungfu. dua tahun kujalani hingga berhasil mempelajari beberapa jurus. tapi, aku selalu kalah dalam turnamen hingga aku mengalammi cidera dibagian paha kananku sehingga tidak bisa melakukan split lagi. dan mungkin ini bukan hidupku. ditahun terakhir dipesantren, aku aktif diorganisasi. aku diangkat menjadi ketua umum OPIA, sebuah organisasi tua yang lahir pada tahun enam puluhan. meski laporan pertanggungjawaban akhirku lancar, tapi banyak orang yang tidak puas dengan kepemiminanku, termasuk aku.
selepas dari pesantren, aku harus kembali mengembara mencari 'siapa aku?'. digurun sahara, aku mencoba untuk lebih mendalami agama. tapi, aku kurang puas, aku melirik dunia tinta. kuputuskan, aku akan menjadi seorang penulis terkenal. pertama kali aku menulis cerpen dan, berhasil. cerpenku terbit di sebuah antologi komunitas PPI. semangatku terus berkobar untuk menulis. hingga aku percaya untuk menulis sebuah trilogy. buku pertama dari trilogy itu selesai. tapi, acap kali aku harus menelan ludah ketika membaca balasan dari penerbitan yang kutuju. apakah dunia pena juga bukan dunia ku???
maaf, membuatmu harus membuang waktu membaca cerita bodoh ini. tapi ini nyata. dan, sampai sekarang, aku belum menemukan hidupku. mungkin suatu hari nanti, entah diamana, aku akan menemukan hidupku. mungkin di Munchen. hehe... bercanda.
oh ya, malam itu, aku bertemu teman-temanku lagi dilangit hitam. kuberitahu mereka, ada si dolphin yang baru saja memberiku semangat dan ^_^, mereka melihat senyumku. dan, kuputsakan, kau adalah rumahku. tempat yang kapan saja bisa kudatangai semauku, saat sedih, terluka, bimbang, gembira, marah. tidak peduli kau setuju atau tidak, tidak peduli siapa kau dan dari mana asalmu, tidak peduli dimana tempatmu, tidak peduli apa statusmu, tidak peduli apa pekerjaanmu, tidak peduli apa kata langit dan bumi, tidak peduli dan tidak peduli. mulai sekarang dan seterusnya, kau adalah rumahku.
aku juga merasa aneh bisa mengatakan ini dengan orang yang bahkan belum kukenal sama sekali. ko bisa???
aku juga tidak mengerti, tapi mungkin telah beberapa orang mengatakan hal yang sama padaku, mereka nyaman didekatku, walau hanya kenal dalam dunia maya, mereka nyaman mendengarkan ucapanku, walau sesekali aku takut, jika aku seolah menggurui.
Löschendulu aku adalah siswa yang kurang peka dengan kehidupan sekitar, bahkan bisa dikatakan tidak peka dengan perasaan orang lain. duniaku yah aku, yang aku tahu aku harus selalu berprestasi dalam bidang akademik disekolahku. orang tuaku sangat bangga, tapi lama-lama aku merasa bosan, telah beberapa kali Allah menunjukkanku bagaimana kematian, melalui mimpi atau juga kejadian aneh yang mengganggu hariku. aku menangis, tapi aku tak berani bercerita.
Ini bermula dari setahun yang lalu ketika seorang sahabat menanyakanku kapan aku akan pulang lagi ke indonesia, aku bingung kenapa? tapi ternyata desa tempatku dibesarkan tak seasri dulu, suasananya dan aromanya telah terjamak oleh setan-setan berwujud manusia. aku sadar mengapa dia malah memintaku, aku yang tak bertelinga, karena jika orang-orang menjelekanku, aku selalu tak menganggap mereka ada, atau aku yang tidak tahu malu, walau mereka telah beberapa kali memfitnahku, tapi aku masih saja datang seperti biasanya, karena aku percaya waktu akan menunjukkan pada mereka bahwa mereka salah menilaiku.
memang aku hanya seorang wanita, aku tidak pernah ingin menjadi pemimpin, tapi aku hanya ingin membagi pemikiran-pemikiranku, dan aku putuskan untuk mempublikasikan tulisan-tulisanku, karena aku sadar dalam waktu dekat, aku takkan bisa pulang, mungkin setidaknya bisa membantu sahabat-sahabatku disana.
persahabatan kami tidak seindah dulu, cinta yang membuat retak, kesalah pahaman, perseteruan dan hati yang tidak bisa menyikapi adanya cinta dengan lebih bijak, membuatku merasa bahwa aku yang salah. aku ingin meninggalkan mereka, pergi mencari penguat-penguat yang lain, dan aku sadar tidak semua dari mereka mengerti diriku, memahamiku, menganggapku sahabat, tapi aku tidak kecewa, aku bersyukur Allah telah menunjukan mana yang baik dan tidak. aku sadar cinta datang dengan sendirinya, tanpa diminta, dan dari 8 laki-laki dikelompokku yang selalu ada untuk berjuang denganku, ada 3 yang mengaku mencintaiku, rumit. aku ingin menyalahkan diriku, tapi aku sadar. tidak ada yang perlu disalahkan, dan beberapa teman wanita iri padaku, membuatku merasa tidak nyaman berdekatan dengan mereka, cara mereka memandangku, membicarakanku seolah bicara kebaikanku tapi dengan nada yang berbeda. sayangnya aku lagi-lagi berpura-pura tuli dan buta. tak ingin mengambil apa yang mereka katakan tentangku.
mimpi-mimpiku lebih banyak dari yang mereka tahu, bahkan orang tuaku yang dulu mampu membatasi mimpiku, kini menyerah karena tak mampu lagi membatasiku, ternyata hanya senyum dan semangat yang aku punya untuk meraih semuanya, hanya itu tapi aku merasa aku cukup kuat untuk mampu meraih semua yang aku inginkan. terlalu muluk jika harus dikatakan, tapi inilah aku, hanya kematian yang mampu menghentikan mimpiku, tapi aku selalu percaya bahwa Tuhan mencintaiku dan ingin agar aku menggapai mimpi-mimpiku dengan sisa waktu yang masih ku miliki.
jika kamu menganggap diriku tempatmu berbagi, kamu bisa datang kapanpun kepadaku untuk membagi, aku akan berusaha selalu ada untuk mereka yang nyaman didekatku, selama kehidupan masih berpihak padaku, dan selama itu aku akan menjadi diriku yang seperti ini, dengan mimpi-mimpi yang tidak pernah padam.
Löschenhidupku adalah dimana aku merasa nyaman menjalani hidup ini, mampu selalu tersenyum dan mampu membagi apa yang bisa aku bagi. aku tidak memiliki banyak harta, karena aku sadar untuk membiayai hidupku sendiri saja masih sering aku merasa kekurangan, tapi aku memiliki cinta dan mungkin sedikit kemampuan dalam menulis, itu sudah cukup sebagai penyejuk hidupku. aku tidak pernah tahu sampai kapan jantung didalam rongga dadaku terus berdetak, maka dari itu aku ingin menikmati waktu yang aku punya dengan caraku sendiri, dengan penuh senyuman, cinta dan ketulusan. hingga suatu hari nanti tak ada lagi yang bisa aku bagi karena cahaya itu telah padam. dan saat itu aku tidak menyesal, setidaknya aku telah melakukan apa yang bisa aku lakukan dengan maksimal.
hey dolphin, aku tidak pernah bilang aku nyaman didekatmu. lagian, kita kan tidak pernah dekat. jadi, apanya yang sama aku dengan mereka???
AntwortenLöschensedih ya persahabatan kalian .. sebenarnya, kau tidak salah jika banyak teman2mu yang mencintaimu. itu hak mereka untuk menyukaimu dan hakmu untuk tidak menyukai mereka. tapi, jika aku jadimu, aku juga akan pusing berkeliling-keliling. itu sebuah resiko. tapi setidaknya, kau harus bangga, karena masih ada orang yang mencintaimu. kau tahu, hal yang terindah adalah ketika kau tahu bahwa kau dicintai oleh orang lain meski kau tidak sanggup untuk mencintai orang itu. mungkin sedikit egois. tapi itu naluri dan itu benar-benar indah.
oh ya, jika kau merasa terganggu dengan cinta, maka aku bilang saja, aku tidak mencintaimu. dan jika seandainya suatu hari cinta itu tumbuh padamu, maka abaikan saja. dan jika seandainya suatu hari cinta itu tumbuh padaku, maka kau abaikan juga saja. kau tidak usah memperdulikannya dan tidak usah memperdulikanku, aku tidak apa-apa, aku sudah terbiasa. yang penting, kau untuk selamanya akan tetap menjadi rumahku. tidak peduli suatu hari nanti siapa kau dan siapa aku. kita sepakat!
ohya, jika kau takut bercerita, datang saja kepadaku. cerita apa saja, saat kau sedih, terluka, patah hati, bimbang, ragu, takut, bahagia, marah, bahkan saat semua orang membncimu. karena aku adalah rumahmu, tempat yang setiap saat bisa kau datangi kapanpun kau mau. dan kau tidak perlu menangis sendiri. bahkan jika air matamu habis, aku akan pinjamkan kau air mataku. T_T ,,,,,
ke GR an,, siapa juga yang mencintaimu. hehehe
LöschenInsya Allah aku akan setia kepada dia yang kelak menjadi pendampingku. sepertinya aku terbiasa sendiri, dan aku tidak janji, jika aku ada masalah, aku akan datang padamu, karena aku terbiasa dan lebih nyaman bercerita kepada diaryku atau keluargaku
hehehe ... begini lebih asyik .. tapi, kau tidak perlu heboh seperti itu. aku tidak pernah berpikir kau akan mencintaiku. tapi, setia kepada dia siapa??? tunangan di facebookmu itu ??? hah! sudahlah! tak perlu kau jawab. cinta? aku benci perasaan itu. aku tidak terbiasa menghaps seswatu yang telah terlanjur kutulis,,,
AntwortenLöschentapi kau harus tahu satu hal, sendiri adalah saudara kandung hampa. kesendirian, aku pernah mengalaminya, bertahun-tahun. hingga aku memilih untuk menyapa bintang hingga akhirnya menemukan rumah baruku. hehe
tapi aku tidak akan sudi jika kau kesepian lantas mengambil teman-temanku yang bergelimpangan dilangit hitam! mreka satu-satunya yang mau mendengarkanku dan, kau.
dan, jika kau sudah letih bermain dengan kesendirianmu, jangan lupa pulanglah kerumah. rumah juga akan terasa hampa jika tanpa penghuni.
sendiriku tidak pernah benar-benar sendiri, karena Allah selalu memeluk tubuhku yang terkadang rapuh, hingga aku selalu tetap berdiri tegar dan tersenyum :)
AntwortenLöschenhey, kita belum mengucapkan kalimat perpisahan ...
Löschenpadahal, hanya tinggal hitungan jari, tapi sudahlah ...
disini pertama kali aku menyapamu,
disini pertama kali aku mengagumimu,
disini pertama kali kita 'berkenalan',
disini pertama kali aku bercerita padamu,
disini pertama kali kau memberiku semangat, disaat2 jatuhnya seorang aku,
disini pertama kali aku mendapatkan seorang teman super,
meski dunia kita tidak nyata, tapi kau tetap akan menjadi sejarah dalam hidupku, meski tak ada orang yang tahu selain aku, dan tentu saja Tuhan. dan meski, aku hanya maya, dan tidak berarti apa-apa.
mungkin kau marah, kesal, bosan, jenuh, menghindar, benci, atau apalah itu, hanya kau yang tahu ...
aku hanya ingin bilang, terima kasih ...
waktu itu, didermaga tempatku tinggal, malam hari, aku merenung sendirian menatap derasnya ombak dan tinggi pasang laut, menatap bintang yang senantiasa bisu mendengar ceritaku, aku rapuh dan bimbang, dan nyaris tak punya semangat hidup sama sekali. bathinku berteriak lantang pada pencipta segalanya, "tolong kirimkan aku siapa saja atau apa saja, yang bisa mendengarku, mengerti pikiranku dll .. entah malaikatmu, atau perimu, atau bidadarimu atau siapa saja!". kira2 seperti itu, dan itu nyata, lalu Tuhan mengirimkanmu, entah kau perinya, atau malaikatnya atau bidadarinya, entah siapa kau, tapi itu tidak penting, yang penting, sumbangan semangatmu, dan yang penting lagi, Tuhan kita menjawab doaku...
tapi, sepertinya titipan Tuhanku itu memiliki hidupnya sendiri, dan, waktunya sudah habis, meski aku awalnya aku egois dan ingin mengurungnya selamanya, siapa pun dia dan apapun setatusnya, tapi sepertinya kali ini, waktu memiliki skenarionya sendiri, dan aku harus mengalah ...
dolphin, ini terakhir kali aku bercerita .. terima kasih.
terbanglah!
aku masih ada, aku ada sebagai sahabatmu, aku ada sebagai teman begbagi ceritamu, bukankah kamu memiliki alamat e-mailku? aku hanya sedang merasa jenuh dengan facebookku, ada hal yang membuatku menghilang sesaat dari dunia facebook, namun entah kapan aku akan kembali
Löschen