Kala mereka tak lagi
memandang batas antara halal dan haram. Semuanya terlihat begitu menjijikan,
hingga terkadang bumi ini tak mampu lagi menopang dosa mereka para pendusta dan
pelanggar hukum-Nya. Bagaimana mungkin hilang begitu saja nilai malu dari diri
mereka seolah-olah tak ada hukum yang berlaku lagi. Semua begitu terlihat
jelas, nyata. Berapa banyak mereka yang hamil diluar nikah, berapa banyak
bayi-bayi tak berdosa tak diijinkan sebentar saja menikmati haknya untuk
merasakan keindahan dunia dan berapa banyak mereka yang mengambil hak-hak kami
yang tak memiliki kesalahan dan tak tahu apa-apa tentang mereka.
Kami melihat dengan jelas
dimana-mana mereka tak lagi malu berpelukan, berciuman dan bercumbu mesra
dengan bukan muhrimnya. Lalu dimanakah hati mereka? Telah matikah? Apa yang
membuat mereka memilih jalan ini? Janji kebahagiaan apa yang mereka lihat?
Mereka mengaku islam, mereka mengaku umat Rasulullah, mereka mengaku hamba
Allah. Tapi inikah hasil perjuangan Rasulullah dan sahabat-sahabatnya
menyampaikan kebenaran yang nyata dari Allah? Darah mereka, luka mereka hingga
nyawa mereka yang mereka pertaruhkan untuk umat dan hamba-hamba Allah tapi yang
terbentuk dari perjuangan mereka begitu banyak pengikut-pengikut setan berwujud
manusia. Dimanakah akal yang Allah hadiahkan begitu istimewa hanya teruntuk
manusia?
Kami hanya mampu menangis
setiap melihat nyawa-nyawa tak berdosa hilang begitu saja, melihat hak-hak
mereka untuk menghirup udara dunia terenggut begitu saja dan mereka yang hanya
korban kesalahan kalian tak kalian ijinkan sedikit saja medapatkan hak
kehidupan. Apa salah mereka? Bayi-bayi mungil yang tak berdosa. Kalian yang
harusnya menanggung ini semua, bukan mereka. Pernahkah mereka
berharap terlahir dengan menanggung malu atas kesalahan kalian? Pernahkah
mereka tahu kalau ternyata mereka hanya akan menanggung kesalahan kalian.
Mereka slalu memimpikan dilahirkan dalam keadaan yang baik, bukan dengan cara
ini.
Masih bisakah kita mendengar suara hati nurani kita, melihat
segala sisi positif dari hukum-hukum Allah dan mampu menjalankan
aturan-aturannya dengan ikhlas. Indah kawan, sebuah pernikahan itu adalah surga
dunia yang Allah tawarkan secara nyata. Kala kita mampu menjaga pandangan,
menjaga perilaku dan menjaga kehormatan kita. Kelak saat pangeran kita datang
menjemput, saat ijab kabul terucap, saat kecupan hangat itu untuk yang pertama
kalinya kita rasakan, maka keindahannya takkan mampu terungkap oleh kata-kata.
Begitu bahagia yang tak mampu terbeli dikala kita terbiasa mendirikan shalat
sendiri tapi kini ada dia yang slalu siap menemani, dia yang slalu siap
mengingatkan dan saling mengajarkan.
Biarkan waktu itu datang dengan sendirinya, waktu nyata untuk
merasakan kebahagiaan dunia. Mari kita belajar bersama-sama menggali ilmu Allah
sedalam-dalamnya, memanfaatkan waktu penantian ini dengan produktif. Masih
banyak hal positif yang mampu kita lakukan dalam menanti hingga waktu itu tiba.
Lihatlah disekeliling kita, buka mata kita, mata hati kita. Masih banyak
saudara-saudara kita yang mengharapkan uluran tangan kita, mengharapkan
diberikan mimpi untuk mengubah hidup mereka agar lebih berarti. Percayakan
semuanya kepada Allah, biarkan Allah mengaturnya dengan seindah mungkin dengan
cara-Nya yang sering kali tak terduga. Karena Allah adalah Yang Maha Mengetahui
hal-hal yang terindah yang terkadang tak mampu kita bedah. Isilah hati kita
dengan cinta-Nya. Belum tentu dia yang kita inginkan adalah yang terbaik, tapi
Allah tahu mana yang terbaik, Allah tahu apa yang tak kita ketahui. Percayalah
semuanya akan berakhir bahagia pada waktunya. Hanya kesabaran dan keikhlasan
yang mampu menguatkan kita dalam membuka mata melihat sisi-sisi positif dari
aturan-aturan-Nya. Allah hanya melarang suatu hal, karena Allah tahu itu tak
baik untuk kita, karena Allah menyayangi kita. Tapi sayangnya tak banyak yang
sadar akan kasih sayang-Nya, cinta-Nya, ketulusan-Nya, kemurahan-Nya
kesetiaan-Nya dan janji-janji-Nya yang nyata. Coba sisakan sedikit saja waktu
kita untuk merenungi kebesaran-Nya, maka akan kita temukan kedamaian yang tak
pernah bisa mereka gapai.
Keine Kommentare:
Kommentar veröffentlichen