Dienstag, 20. März 2012

Catatanku Part 2

Rathaus am Marienplatz, München, Bayern  German

Siang itu tepat pukul 14.00 aku telah tiba di Bandara Munich, aku benar-benar gerogi, ini pertama kalinya aku melakukan perjalanan menggunakan pesawat dan sendirian.
Selama perjalanan, aku lebih banyak tidur, aku sampai tak terpikir bahwa sebenarnya aku membawa buku bacaan di tas ranselku. Ah, begitu banyak waktu terbuang sia-sia, 18 jam perjalanan tanpa menghasilkan apa-apa, menyesalnya. Aku turun dari pesawat, pemeriksaan visa dan paspor sedikit terhambat, ditanyai macam-macam, mungkin karena fotoku di paspor tanpa jilbab, sedangkan aku memakai jilbab, alhamdulillah aku bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Mencari pintu exit, ih mana sih pintunya, sebel banget, ngikutin orang aja dhe, eh sempet salah harusnya belok, malah lurus aja. Keluar dari ruangan itu, untungnya aku bertemu sama mba Nisa, mba Nisa ikut menjemput karena Ijazahnya ada padaku, dia menitip, katanya dia mau pindah ke Austria, jangan sampai aku juga seperti dia, aku nggak pernah kepikiran tinggal di Austria. Dan tiba-tiba ada wanita muda yang cantik, manis, baik hati dengan style yang selalu update menggandeng seorang anak manis, dia itu ibu asuhku, namanya Katrin dan anaknya bernama Marie, lalu dimana Moritz? Selama perjalanan, Katrin mengajakku sedikit berbincang-bincang, tapi aku benar-benar lelah, bayangkan 18 jam perjalanan, ini perjalanan terlama seumur hidupku, yang ada di otakku saat itu adalah ingin segera makan, mandi dan tidur.
Karlplatz Stacus

Pagi pertama di Jerman, untungnya Mba Ega masih tinggal disini, jadi dia yang  mengajariku banyak hal, dia baik banget, sabar dan orangnya cepat akrabnya, sekamar dengan dia asyik lho, tapi dia kalau tidur selalu larut malam aneh bagiku, aku pukul 9 malam, mata terasa sudah terbebani oleh suatu benda yang membuat aku tak mampu lagi membuka mata. 3 hari pertamaku disini malah sakit, terlalu banyak kegiatan, menyita energi, mengejar waktu, membuat stres, badanku belum terbiasa dengan kegiatan yang seabreg. Ayo Nda semangat. Terbanyang perjuanganku untuk beradaptasi.
Karlplatz Stacus

Mba Ega pun akhirnya harus pindah karena dia harus mulai dengan kuliahnya, ah beruntungnya dia walau tak mempunyai banyak tabungan tapi orang tuanya mampu membiayai dia sekolah. Nggak Nda, Nda nggak boleh menyerah, perjuangan baru dimulai.
Butuh waktu 1 bulan untuk benar-benar beradaptasi dengan kegiatan yang ada dan selalu berkejaran dengan waktu. Oh yah, pernah pertama kalinya aku janjian sama teman bertemu di pusat kota, ingin keliling kota München, alhamdulillah aku nggak nyasar, tapi si Endang yang sempet nyasar. Jujur aku suka tinggal disini, kehidupan disini itu tertib, bersih, nggak ada sampah berserakan, orang-orang sangat peduli dengan kebersihan, burung-burung dan hewan-hewan lainnya dibiarkan hidup dengan bebas, orangnya juga ramah-ramah loh. Aku merasakan kedamaian hidup disini. Kembali ke hari pertama petualanganku. Memang udah seperti Sandal (Linda & Endang) pokoknya asyik dhe, seharian melihat gedung-gedung yang, megah, tua tapi tak kehilangan keindahan seninya. Tak terasa sorepun telah tiba, kami harus pulang. Tapi harusnya kami berbeda arah, sayangnya aku malah mengikuti dia, walhasil, aku tersadar aku salah arah. Segera aku turun dari kereta naik kereta lagi tapi dari arah yang berlawanan. Akhirnya kereta berhenti dan aku tak kenal, ini dimana, panik, aku nyasar. Ya Allah, mana Katrin juga kalau hari libur gini pasti susah dihubungi, ah yah telpon mba Ega. Dijelasin panjang lebar, yah udah mba, aku mau usaha. Akhirnya aku beranikan bertanya sama bapa yang sedang duduk disana, „Entschuldigung, ich möchte gerne fragen, wo die U-Bahn ist?“ (maaf, saya mau bertanya, U-bahn itu dimana yah). Dengan ramahnya dia menjawab, jadi sebenarnya ramahan orang jerman apa orang indo yah. Satu tips yang aku dapat, kalau kita nyasar disuatu tempat, jangan panik, kita harus bisa menguasai diri dan bertanya. Itu cara yang terbaik, panik hanya memperburuk keadaan. Oh iyah, di Jerman itu kita memiliki alat transportasi umum dalam bentuk bus, kereta (U-Bahn, S-Bahn, Zug) dan Tram.  Bedanya ketiga kereta tersebut U-Bahn itu kereta yang berlalulintas di pusat kota, S-Bahn itu jangkauannya 3 kali U-Bahn, tapi kedua kereta tersebut terkadang memiliki jalur dibawah tanah, sedangkan Zug adalah kereta yang mengantarkan penumpangnya keluar Kota München bahkan sampai ke Negara tetangga. Kalau Tram itu, kereta yang memiliki rel sendiri, dan relnyapun slalu berada diatas tanah, tak terkadang jalurnya berdampingan dengan jalan raya. Aku lebih suka naik kereta daripada Bus atau tram. Mungkin karena aku juga tak terlalu membutuhkan bus atau tram.
Am Bahnhof, Hauptbahnhof

Aku mau tanya sama kawan-kawan semua. Di Indonesia nggak ada kan orang yang dalam perjalanan baca buku? Kalau disini banyak kawan, didalam Kereta banyak orang-orang yang membaca buku, mendengarkan musik dan tak jarang yang ketiduranpun banyak. Tapi disini sangat aman, tak ada yang namanya pencurian. Terbayang jika kita di Indonesia, lengah sedikit, barang berharga kita raib dan aku yakin jika kelak ada yang membaca buku didalam angkutan umum, pasti dikiranya sombong. Arti sombong dimata kalian itu apa? Kalau aku pribadi sih, nggak tau tuh. Menurut aku egois sedikit untuk kemajuan diri sendiri dan menyayangi diri sendiri nggak apa-apa dong, asalkan kita masih bisa membantu sesama dan berbagi dengan sesama. Jadi kita harus bersama-sama mencoba merubah pola pikir kita. Fokus dengan masalah kita sendiri, dan jangan pernah mencari-cari kekurangan orang lain. Menurut aku, dari pengalamanku pribadi, di Indonesia itu orangnya terlalu banyak yang ingin mengetahui masalah orang lain, ikut campur, mencari kejelekan-kejelekan orang lain dan bergosip. Sedangkan disini mereka sibuk dengan masalah mereka masing-masing, fokus dengan hidup mereka, makanya orang disini banyak yang sukses. Bukannya aku ingin menjelekan Indonesia, ingat teman, aku terlahir di Indonesia dan masih berkewarganegaraan Indonesia. Tapi aku ingin kita bersama-sama mecontoh dan mengambil pelajaran yang baik dari apa yang ada disekitar kita. Jujur aku pribadi paling nggak suka sama orang yang sok ikut campur apalagi jika sudah masuk masalah pribadiku (siapa lo? Udah  nggak punya persediaan masalah? Aku masih bisa menyelesaikannya sendiri dan aku tak minta bantuanmu) terdengarnya sombong, tapi sudah aku bilang, jangan takut dikira sombong untuk kemajuan diri sendiri. Aku suka di Indonesia sikap gotong royongnya, tapi semuakan memiliki batas, dan nggak ada dalam kamusku sikap gotong royong dalam menyelesaikan masalah pribadi. Hello, who are you? Kecuali jika memang kita yang meminta bantuan atau meminta nasehat.
Bersama Endang di Alianz Arena

Aku bersyukur Allah slalu menjagaku kawan. Seperti yang kita semua ketahui pergaulan di Eropa seperti apa, jika kita tidak kuat maka kita yang akan terseret. Tapi ingat kawan, disemua tempat selalu ada sisi baik dan sisi buruknya, maka ambil dan contohlah yang baiknya jangan pernah mengambil yang buruknya. Kita tahu kan arak atau minuman keras itu memabukkan dan merusak badan tapi mengapa masih ada saja yang tak menyayangi dirinya sendiri, mereka tak lebih hanyalah orang-orang yang bodh yang menyia-nyiakan otak dan pikiran yang telah Allah hadiahkan. Sama halnya seperti sisi buruk kehidupan. Jika kita tahu itu buruk, maka jangan pernah mencoba untuk mendekatinya. Mencegah lebih baik dari pada mengobati.
ini binatang Lamark, kalau dideketin dia bakal ngeludah

Keine Kommentare:

Kommentar veröffentlichen