Terkadang aku sendiri bingung, aku masih mencari apa arti
kehidupan sebenarnya. Pelajaran-pelajaran apa yang sebenarnya terkandung
didalamnya. Aku selalu bertanya? Apakah seutuhnya ilmu yang aku pelajari di
sekolah itu mampu aku pergunakan didalam jalannya kehidupan? Dan kini saat aku
telah berjalan jauh sendiri. Akhirnya aku temukan titik-titik kejelasan. Sebuah
ilmu kehidupan yang tidak kita dapatkan di sekolah. Andai semua orang memiliki
waktu satu jam saja untuk membuka mata, membuka hati melihat disekililing kita.
Cukup satu jam saja untuk membuka dan
membedah arti kehidupan.
Dulu aku
bermimpi aku ingin menjadi seorang Dokter, supaya bisa menyembuhkan banyak
orang. Tapi mungkin itu bukanlah jalanku, dan aku temukan jalan lain. Aku temukan
jejak-jejak kehidupan yang selama ini aku cari. Saat aku belajar untuk
menelusuri kehidupan, maka lambat laun aku temukan cahaya-cahaya harapan. Jika
aku diminta untuk memilih lebih suka berteman dengan siapa, orang kaya kah atau
orang yang tak beradakah? Maka jawabanku adalah aku akan memilih orang yang
masih mengerti makna ketulusan dan keikhlasan. Sebaiknya kita tidak memandang
teman dengan fisik, tapi coba pandanglah dari hatinya. Aku sudah pernah beberapa kali
dikhianati, aku juga tidak mengerti kenapa ini terjadi? Kadang aku berpikir
apakah aku terlalu baik ataukah aku yang bodoh?
Sebenarnya aku ingin menceritakan apa yang aku alami. Aku tak
mengerti kenapa ini terjadi padaku? Perlahan aku dekati beberapa dari mereka
yang aku temui dijalanan, aku kenali kehidupan mereka, aku coba pelajari dan
akhirnya aku temukan kekuatan-kekuatan besar yang tidak aku miliki. Aku iri
kepada mereka, yang kadang aku lihat mereka dihina, dicemooh, tapi mereka bisa
tetap kuat, tegar berdiri diatas kaki mereka dan tetap berani menyongsong
hangatnya mentari walau mereka tak pernah tahu apakah pagi ini mereka bisa
sarapan walau hanya sesuap nasi saja untuk sekedar mengganjal perut atau
seteguk air bersih untuk penghilang dahaga. Ternyata mereka sangat hebat bahkan
lebih hebat dari yang aku bayangkan. Aku lihat senyum ketulusan dan keikhlasan
diwajah mereka walau sesekali mereka mengeluh bahkan menangis, tapi mereka
tetap berani menyongsong hari esok.
Aku tak tahu aku harus menjerit kepada siapa, aku hanya ingin
agar kita sama-sama membuka mata, jika bukan kita lalu siapa lagi? Terkadang
kembali aku teringat saat dulu aku hanya makan nasi dengan garam, sesekali aku
mengeluh, tapi saat aku tatap mereka, airmataku tak terasa berlinang. Ini
sangat indah teman, pelajaran yang mungkin tidak dapat kita perolah dibangku
sekolah, yaitu turut merasakan penderitaan orang lain dan berusaha membagi yang
kita miliki, berbagi itu banyak halnya, berbagi kebahagiaan dengan tertawa
bersama, berbagi ilmu, berbagi dengan materi yang tlah Tuhan limpahkan berlebih
kepada kita. Ternyata kehidupan itu hanya kepalsuan semata jika kita hanya
memandang ke atas, terus berlari dan berlari tanpa sejenak saja berhenti dan
merenung. Sering kali aku iri, saat aku lihat mereka sangat bahagia, ketika
mereka memperolah uang walau hanya beberapa lembar uang seribuan, wajah mereka
penuh syukur, kebahagian bagi mereka sangatlah sederhana tapi karena
kesederhanaan itu yang membuatku iri. Aku tidur dikasur yang empuk, kamar yang
cukup luas, dengan perlengkapan lainnya, tapi aku tahu belum tentu aku merasa
lebih bahagia dari mereka. Kadang aku berpikir, mereka hanya ingin sekedar bisa
membaca dan berhitung hanya itu saja, sekedar untuk mengerti dan mampu berkomunikasi
dengan kehidupan luar. Tapi mereka tetap tersenyum penuh ketulusan dan
keikhlasan. Bahkan hati mereka bening sangat bening.
Aku tak ingin mencela atau berteriak kepada para pejabat
apalagi para koruptor, gertakan-gertakan sudah diluncurkan, tapi kebanyakan
hati mereka telah membatu. Jika kita hanya terfokus pada mereka maka kita
melupakan cahaya-cahaya harapan dari sahabat kita yang slalu berdoa agar kita
memiliki waktu satu jam saja untuk mengerti kehidupan mereka. Berbagi itu indah
kawan, itu pelajaran hidup yang aku dapati. Ternyata harta itu bukan segalanya,
bahkan semakin banyak uang yang kita miliki, maka semakin tipis kenikmatan
hidup yang kita peroleh. Bayangkan saja jika kita hanya memiliki satu
handphone, maka handphone itu akan kita jaga sebaik mungkin, tapi berbeda
rasanya jika kita memiliki 2 handphone atau bahkan lebih, maka rasanya
handphone handphone itu biasa saja tanpa makna lebih, dan kita tidak lagi
memiliki rasa syukur telah memiliki
handphone. Bagiku kehidupan yang sebenarnya ialah saat aku mampu tertawa dan
menangis bersama orang-orang disekitarku.
Bermain dengan mereka ternyata menyenangkan, mereka terus tersenyum
polos dan begitu ramah. Tapi jika aku teringat bahwa sebenarnya mereka ingin
merasakan bangku sekolah, ingin menggali ilmu tapi ternyata itu hanya mimpi,
lalu pernahkah kita berpikir sedikit saja kesana. Mungkin otak kita tidak
sejenius Einstein atau Galileo. Tapi kita sama seperti para ilmuan lain
sama-sama manusia yang ingin berarti bagi orang lain dan menghasilkan
senyuman-senyuman indah dibibir mereka, maka cobalah dari hal kecil. Berhentilah
sejenak untuk menatap mereka, mengenal mereka. Terus terfokus maka akan membuat
hidupmu menjenuhkan. Kita punya mimpi, semua orang punya mimpi
yang siap untuk digapai, tapi bukan berarti kita melupakan mereka. Jenuh jika
hidup hanya mengenal satu hal, yaitu ambisi memperoleh sesuatu, padahal waktu
yang sangat singkat ini harusnya dipergunakan untuk banyak hal yang belum kita
jumpai, kita temukan. Bukankah perjalanan panjang kehidupan itu bertujuan untuk
belajar, belajar banyak hal, banyak sekali yang terkadang waktu yang kita punya
terasa sangat singkat. Maka sangatlah bodoh orang yang memutuskan untuk
berhenti menyongsong hari esok.
Keine Kommentare:
Kommentar veröffentlichen