Samstag, 12. Mai 2012

Biarkanku Sembuhkan Ini Sendiri



Aku termenung tertunduk lesu duduk ditaman kota München tepatnya di Odeonplatz. Sore tadi aku menerima sebuah e-mail dari seseorang yang telah beberapa bulan ini menghilang begitu saja dari hidupku tanpa kabar. Saat aku membacanya aku tak tahu apa yang sedang terjadi, seolah semuanya seperti mimpi dan tiba-tiba ada benda berat yang seolah menghujam hati ini, amat teramat sakit rasanya. Aku sentuh kembali, memang tak ada luka dihati ini tapi benar aku rasakan sakit. Taukah engkau? Ternyata isi dari e-mail tersebut adalah undangan resmi bahwa dia orang yang selama ini aku sayang yang telah menghilang beberapa bulan ini akan menikah. Menikah dengan orang lain bukan denganku.
Kembali aku mengingat 2 tahun silam, saat itu kami satu sekolah di Sekolah Menengah Atas, aku hanya sekedar mengenal namanya yaitu Nadia. Mungkin memang dia tidak terlalu pintar tapi setidaknya dia manis dan baik hati. Saat itu perasaanku padanya biasa saja bahkan aku sedang jatuh cinta pada teman sekelasku namanya Tika. Dia aktif diorganisasi keagamaan  sedangkan aku aktif diorganisi ilmiah.

Saat aku tahu bahwa panah cupid telah terlanjur tertancap dihati ini. Setiap aku berdekatan dengan Tika walau itu tak disengaja maka detak jantungku dalam sekejap berubah lebih cepat seperti kecepatan motor yang terlanjur kena tilang tapi berusaha kabur dari kejaran polisi. Dan sejak saat itu aku berusaha menjauh, tapi ternyata benar-benar sulit. Hatiku tak karuan, aku merasa terkadang diriku seperti orang kurang waras.  Sering tersenyum sendiri jika mengingat senyum yang pernah dia berikan karena aku telah menjawab pertanyaan yang dia ajukan saat kelompokku maju didepan kelas untuk mempersentasikan materi biologi. Atau jangan-jangan sebenarnya dia telah menyadari kalau aku sedang menaruh hati padanya oh Tuhan.

Aku merasa aku sudah tak mampu menahan perasaanku ini lebih lama lagi. Sore ini aku harus mengutarakan isi hatiku padanya, tapi bagaimana caranya. Aku yakin dia tidak akan mau jika aku ajak bicara berdua, apalagi dia yang sangat mengerti agama, tapi aku beranikan diri meminta temanku untuk menyampai padanya bahwa aku ingin membicarakan sesuatu dengannya, aku menunggu dia didepan pos satpam sekolah. Saat itu hari telah sore disekolah pun tak begitu banyak orang, hanya ada pengurus OSIS yang sedang rapat dan dia memang salah satu pengurus OSIS. Dan yang tak diduga dia datang sendiri ke tempat dimana aku telah menunggunya. Ini kali pertamanya aku berbicara dengan dia hanya berdua. Bayangkan hanya berdua saja. Dan saat itu jantungku seakan berdetak dengan kecepatan penuh yang siap akan meledak kapan saja, bom kali meledak. Tapi aku sendiri bingung mesti memulai dari mana untuk mengutarakan isi hati ini.
„Tika, sebelumnya terima kasih karena kamu telah menyempatkan waktumu untukku, padahal aku tau bahwa ini kurang mengenakan untukmu jika kita hanya bertemu berdua saja, aku minta maaf sebelumnya.“
„Sebenarnya ada apa yah? Aku tak menyangka saja jika kamu ingin membicarakan sesuatu denganku.“
„Aku tidak tahu mesti memulainya darimana, tapi sebenarnya telah cukup lama ada virus merah jambu dihatiku dikarenakan adanya kamu. Maafkan aku Tika.“
„Ah sudahlah, kamu tak perlu minta maaf seperti itu. Ini bukan salahmu, tapi aku yang salah. Maafkan aku Don, tapi aku tak bisa. Aku telah bertunangan dan jika lulus sekolah nanti aku akan segera menikah. Maafkan aku yang mebiarkan virus itu bersemi begitu saja dihatimu.“
Saat itu aku hanya mampu tertunduk terdiam lesu. Tapi aku berusaha tetap tersenyum didepan Tika.
„Tidak apa, semuanya akan baik-baik saja. Setidaknya mulai saat ini aku harus belajar menata hatiku untuk menghapus virus ini. Mungkin sebaiknya aku pulang sekarang.”
Sayangnya hal yang tak diinginkan terjadi, yaitu ada 5 pengurus OSIS yang melihat kami sedang berdua. Ini hal yang bodoh, bagaimana tidak. Besok satu kelasku pasti akan geger atau mungkin satu sekolahku. Entahlah, aku tak pedulikan itu. Yang terpenting bagiku adalah bagaimana aku mampu menata hati ini.
“Tenang Don, besok kita hadapi bersama. Aku tahu pasti satu kelas akan geger karena ini.”
„Terima kasih, tapi kamu tak perlu memberikan penjelasan apapun. Dan sekali lagi terima kasih untuk waktunya. Aku harus segera pulang Tika.“
Aku beranjak pergi meninggalkan Tika, hati ini sakit. Entahlah otakku pun tak mampu aku gunakan berpikir. Jalan terbaik adalah segera pulang, mandi dan merenung. Mengbodohi diri yang telah terlanjur mencintai wanita yang salah. Dan yang aku tak mengerti kenapa seolah-olah Tika memberikan harapan padaku, padahal ternyata itu hanya harapan kosong. Ini salahku, atau ternyata ini salah Tika. Kenapa? Kenapa harus berakhir seperti ini.

Semalaman aku tak mampu memejamkan mata, PRku pun tak aku sentuh sedikitpun. Ternyata seperti inilah sakitnya orang yang sedang patah hati. Jangankan mengerjakan tugas-tugas sekolah, menyentuh makananpun seolah enggan. Aku tatap langit diluar sana dari jendela kamarku. Gelap, hanya gelap yang aku lihat, tanpa bulan, bintang. Seolah langitpun mengerti akan hatiku yang kelam kelabu. Oh Tika, teganya dirimu lakukan ini padaku. Apakah besok aku mampu berangkat sekolah? Entahlah, tapi kini waktu menunjukan pukul 01.10 WIB. Sebaiknya aku tidur, aku akan lihat kelanjutan keadaanku besok pagi.
***
Pagi yang cerah, udara yang sejuk menyapaku menerobos masuk melalui celah-celah jendela kamarku yang terbuat dari kayu. Rumahku memang rumah jaman dulu, sangat sederhana tapi nyaman untuk aku tinggali. Aku pikir hatiku telah membaik, walau sebenarnya aku yakin tak seutuhnya baik. Tapi aku akan berusaha berangkat ke sekolah hari ini, tentang apa yang akan terjadi disekolah biar nanti aku lihat kelanjutannya. Tapi seolah nafsu makanku masih kabur entah kemana, jadi aku berangkat begitu saja ke sekolah tanpa sarapan dan tanpa rasa ragu walau aku tahu tugas-tugasku belum aku kerjakan. Terserah, aku bisa bolos kok kalau ternyata suasana disekolah membuatku tak nyaman.

Sesampai di sekolah, aku berjalan menuju kelasku melewati lorong kelas 3A dan 3B. aku adalah siswa dari kelas 3C. Aku merasakan tatapan-tatapan yang tertuju padaku, seolah ada pertanyaan-pertanyaan atau sesuatu yang ingin mereka tanyakan padaku. Tapi mereka enggan karena melihat keadaanku yang pagi ini begitu lesu.

Saat aku tiba dipintu kelasku. Teman-teman bersorak terhadapku. Mereka mengira bahwa aku telah memiliki hubungan khusus dengan Tika. Andai mereka tahu kejadian tadi sore, jangankan hubungan khusus, tapi sekarang aku terpaksa harus mulai menata hatiku. Ah, aku jatuhkan kepalaku diatas meja dan mendekapnya dengan kedua lenganku. Tak beberapa lama ada suara yang menyapaku. Itu suara Candra.
„Don, keluar aja yuk, suasana kelas ini suntuk. Kita cari udara sejuk diluar sana.“
“Kamu bicara apa sih Dra? Hari ini kan ada pelajar Biologi dan kamu tahu bagaimana killernya bu Ratna.”
“Kamu takut sama bu Ratna? Yang penting nanti kita pas ulangan bisa. Udah sekali ini saja.”
“Aku baik-baik aja Ndra.”
„Tapi aku nggak baik-baik aja. Udah ayo.“
Akhirnya dengan berat hati atau mungkin malah ini pilihan yang baik, aku dan Candra meninggalkan kelas. Sesampai dipintu kelas, aku berpapasan dengan Tika, aku hanya terdiam. Tapi Tika
„Kamu mau kemana Don?“
Aku tak menjawab, aku hanya berjalan mengikuti Candra. Untung saja Bel masuk belum berbunyi jadi kita bisa keluar kelas lebih mudah. Dan kebetulan Pos Satpam kosong. Aku dan Candra pergi ke daerah perbukitan dekat sekolah. Disana udaranya sejuk. Kami berdua duduk dibawah pohon mangga yang rindang, didekat aliran sungai kecil dan pemandangan tanaman padi yang terhampar luas hijau. Angin sepoi-sepoi mengibas-ngibas rambutku.
Candra memulai pembicaraan.
„Aku tahu keadaanmu sobat, kita telah lama dekat. Jadi aku tahu betul bagaimana keadaan hatimu saat ini. Coba mulai ceritakan kejadian kemarin.“
„Aku tak tahu mesti mengatakan apa Ndra, tapi intinya ternyata Tika telah bertunangan. Dan hatiku sakit. Aku telah berusaha menata hatiku, tapi aku belum bisa atau mungkin aku tak bisa.“
„Kamu ada-ada saja Don, mana ada orang patah hati bisa sembuh dalam waktu semalam. Yah sudah kita nikmati hari ini disini. Besok kita mulai berangkat sekolah lagi. Masalah Tika, kamu harus tegar. Ini memang sulit bagimu, apalagi Tika adalah teman sekelas kita. Tapi aku yakin kamu bisa lalui ini. Oh yah nanti malam kamu menginap saja dirumahku. Nanti kita bisa lihat bintang dari balkon rumahku.“
„Terima kasih Ndra, kamu memang sahabat terbaikku.“
***
Hari-hari yang sulit kini mulai mampu aku lalui. Sikap Tika yang seolah tetap manja terhadapku, seolah memberikan harapan palsu terhadap hati ini. Tapi aku mulai bisa mengontrol hati ini semenjak 3 bulan ini aku jalani hari-hari tersulit dalam hidupku.

Sudah hampir satu minggu ini Tika tak masuk sekolah. Tiba-tiba aku dipanggil ke kantor oleh guru kimia. Ada apa gerangan beliau memanggilku. Apakah nilai pelajaran kimiaku jelek atau ada tugas yang kurang? Entahlah, tapi aku menurut saja. Aku berjalan memasuki kantor guru. Dan sekarang aku sudah berada tepat dihadapan meja kerja beliau.
“Maaf bu, ibu memanggil saya?”
“Iyah Don, silahkan duduk.”
“Sebenarnya ada apa bu? Nilai saya jelek atau ada tugas yang ternyata kurang memenuhi standar?”
“Bukan Don, ini nggak ada sangkut pautnya dengan nilaimu.”
“Lalu apa bu?”
“Ibu dengar kamu dekat dengan Tika, ibu mau tanya. Sebenarnya apa yang telah terjadi dengan Tika, dia sudah hampir satu minggu ini tak masuk sekolah, dan tak ada kabar apapun darinya. Mungkin kamu bisa tengok dia ke rumahnya?“
„Sebelumnya saya minta maaf bu, tapi saya tidak bisa ke rumahnya. Nanti saya usahakan untuk menghubungi dia dan mencari tahu apa yang sedang terjadi padanya. Nanti saya beritahu ibu.“
„Yah sudah kalau gitu. Terima kasih Don, kamu sekarang bisa kembali ke kelas.“
Aku pun berusaha menghubungi Tika, aku kirimkan pesan singkat padanya, menanyakan kabarnya. Untungnya dia mau membalas pesanku. Dan ternyata saat ini dia sedang tertekan, ada masalah keluarga dan masalah dengan tunangannya. Tapi maafkan aku Tika, aku tak mampu melakukan apa-apa untukmu. Aku takut ini melampaui batas, dan aku takut akan luka dihatiku yang belum seutuhnya sembuh.
***
Sejak saat itu, aku benar-benar menjauh dari kehidupan Tika, hingga tak terasa kami telah lulus SMA. Dan ada hal yang tak bisa dipercaya, ternyata tunangan Tika adalah guru bahasa arab disekolahku. Pantas saja aku merasakan ada hal yang aneh saat tes praktek shalat. Aku harus dua kali mengulangnya padahal tak ada yang salah padaku, tapi berhubung aku membutuhkan nilai darinya, maka aku nurut saja. Aku yakin saat itu dia cemburu padaku, apalagi kalau dia tahu aku sempat dekat dan jatuh cinta pada Tika. Ah ini hal aneh, aku kira kejadian ini hanya akan terjadi di film-film atau sinetron-sinetron saja tapi ternyata terjadi pula kepada diriku. Yang terpenting saat ini adalah aku akan siap berangkat ke Jerman. Kelak aku yakin dengan seiring berjalannya waktu, aku akan menemukan cinta sejatiku.
***
Sebulan sudah aku berada di Jerman. Tiba-tiba saat aku membuka akun e-mailku. Aku temukan e-mail dari alamat yang tak aku kenal, dan ternyata itu dari Andre, kakanya Nadia. Aku memang sempat dekat dengan Andre, tapi tumben sekali dia mengirimi aku e-mail. Setelah aku baca e-mailnya. Ada rasa tak percaya, dia memintaku untuk mengawasi dan menjaga Nadia. Nilai-nilai Nadia yang kian turun, membuat dia khawatir akan keadaan Nadia, tapi mengapa harus aku. Sayangnya dulu saat aku duduk dibangku SMA, Andre telah banyak menolongku dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah jadi aku merasa tak enak jika menolak. Akhirnya mulai hari ini aku mencoba menjalin komunikasi dengan Nadia.

Beberapa minggu telah berlalu, dan aku tahu bahwa nilainya turun karena dia sedang dekat dengan seorang pria, tapi pria itu telah memiliki pasangan. Dan yang membuat aku tak mengerti, Nadia tetap menjalin hubungan khusus dengannya walau sebenarnya dia tahu bahwa bukan hanya dia yang ada dihidup cowok itu. Inilah keanehan cinta. Dan yang lebih aneh lagi. Aku merasa ada yang aneh padaku. Aku merasa aku sayang padanya, aku tak rela jika Nadia diduakan tapi aku sendiri hanya mampu menjaganya semampuku, melalui keberadaanku di dunia maya. Mungkin Nadia pun mulai merasakan akan hatiku ini, dan yang aku sangka dia memberikan kesempatan aku untuk menemani hari-harinya lebih dekat lagi walau hanya lewat dunia maya, video call atau e-mail. Indah rasanya cinta ini tapi sakit setiap aku melihat pesan-pesannya dengan cowok itu. Dan karena keberadaanku yang jauh. Aku tak mampu melakukan apa-apa untuk mencegahnya, atau aku sendiri merasa takut jika aku over protectif, maka Nadia akan menjauh dariku. Cinta ini aneh, menyenangkan sekaligus menyakitkan. Tapi aku terlanjur menyayangi Nadia.

Banyak hal yang telah kita jalani bersama, mulai dari bercanda bareng, sampai bahas soal pelajaran bersama-sama. Walau kisah cinta kita hanya berjalan didunia maya, tapi keindahan dan bahagia itu tak berkurang sedikitpun, hingga aku merasa yakin bahwa aku telah benar-benar jatuh cinta padanya.

Hanya saja akhir-akhir ini sikap Nadia berubah, apa yang sebenarnya terjadi. Seakan dia menjauhiku. Apa salahku? Aku berusaha untuk menghubunginya, aku kirimkan e-mail dan pesan singkat di Facebook, tak juga dibalas. Aku kirimkan SMS tetap saja tak ada jawaban, hingga akhirnya aku telfon, dan tak satupun diangkat. Apa yang sebenarnya terjadi. Pikiranku melayang-layang, menerawang, menerka-nerka kesalahan apa yang telah aku lakukan. Tapi tetap saja tak aku temukan jawaban. Hingga 4 bulan berlalu dan sore ini aku terima sebuah e-mail. Jatungku berdegup kencang, perasaan takut, bahagia, penasaran. Semuanya bercampur jadi satu dan ternyata berujung pada sebuah sakit yang terhujam tepat diulu hatiku yang terdalam. Aku seorang pria yang tak biasa menangis, tak terasa ada bulir hangat mengalir. Sakit benar-benar sakit. Aku cari penjelasan, tapi tak ada jawaban pasti yang aku temukan. Semua telah berakhir. Mungkin hanya aku saja yang tak cukup baik untukmu.

Jika aku datang ke acara pernikahanmu, mungkin aku hanya akan bersembunyi dibalik kerumunan undangan lain, menatap wajah bahagiamu yang begitu cantik terbalut gaun putih dan mungkin itu yang terakhir kalinya aku melihatmu. Karena aku tak ingin melihat walau hanya bayangmu. Aku ingin pergi sembuhkan lukaku tanpamu dengan caraku sendiri.

Keine Kommentare:

Kommentar veröffentlichen