Samstag, 12. Mai 2012

Hobby Pembawa Berkah


Aku memang dari dulu suka menulis, berawal dari menulis diary, menulis surat untuk sahanat penaku, kian lama menulis beberapa cerita pendek bertemakan cinta, menulis puisi dan kini merambah ke artikel-artikel. Aku sendiri merasa menulis adalah pengobat sepiku, rasa jenuh dan pengobat kegelisahan.
Sesekali saat aku merasa tidak berani bercerita pada seseorang akan masalah-masalahku, maka aku akan menceritakan pada buku harianku. Walau dia tidak mampu memberi saran, tapi setidaknya mampu membuatku merasa lega, bahkan setelah itu aku akan belajar memecahkan masalahku dengan caraku sendiri. Benar atau salah, kehidupan adalah ladang untuk belajar, seperti kita mengerjakan soal matematika, saat soal-soal pertama mungkin seringkali kita menjawab salah dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengerjakannya, namun lama-kelamaan saat kita terbiasa maka semuanya terasa mudah. Sama halnya dalam kehidupan, pertama kali kita mengalami kegagalan, maka rasanya teramat perih karena untuk pertama kalinya kita belajar arti kesabaran dan keikhlasan. Namun lambat laun kita akan mengerti dan hati kita pun akan lebih siap lagi untuk menerima kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan datang.

Menulis, beda halnya dengan mendengarkan atau berbicara. Dalam tulisan kita mampu menumpahkan segala hal, ide-die bahkan suara hati kita yang terkadang sulit untuk kita ungkapkan melalui perkataan. Seperti halnya aku, aku sangat sulit untuk menyampaikan isi hati lewat ucapan, jika aku memiliki masalah pribadi yang ingin aku tanyakan kepada orang tuaku, maka aku akan memilih menulis surat dari pada membicarakan secara langsung. Bahkan terkadang jika dibicarakan langsung, terlalu besar emosi yang terkadang memperburuk keadaan, pemutusan pembicaraan yang terkadang membuat kita lupa akan apa yang ingin kita sampaikan, dan hal lainnya.

Dulu pertama kali aku menulis cerita pendek, aku asal saja mengikuti kata hati. Tapi ketika sekarang kembali aku baca, aku hanya tersenyum-senyum sendiri. Ternyata bahasa tulisanku terlalu baku, hingga seolah hatiku merasa aneh. Puisi-puisi jaman aku masih duduk dibangku SMP pun membuatku tersipu malu, memiliki kenangan tersendiri, sekaligus lucu, sangat sederhana. Tapi itulah awal mula para penulis, aku sudah membaca beberapa pengalaman dari para penulis, contohnya mba Oki Setiana Dewi, saat pertama kali dia menulis buku melukis pelang, kang Abik (sapaan akrabnya) atau tak lain Habiburrahman El-shirazy mengontari tulisannya „Membaca tulisan kamu seperti membaca tulisan pelajaran mengarang anak SD“. Dari sana bisa kita lihat jelas, bahwa semua hal berawal dari bawah, dari yang belum bisa, lama-lama terbiasa dan menghasilkan karya yang memiliki sejuta manfaat.

Aku sendiri tidak pernah tahu dan belajar khusus cara menulis, tapi yang aku sadari memang sejak aku bisa membaca saat aku duduk dibangku SD, aku sangat suka membaca buku. Aku lebih suka membaca cerita-cerita pada buku pelajaran Bahasa Indonesia daripada pergi keluar kelas untuk jajan, mengenaskan jika mengingat sekolahku dulu tidak memiliki perpustakaan, tapi hal itu tidak menyurutkanku untuk terus membaca. Saat aku menginjakkan kaki di SMP, bersyukur disekolahku memiliki perpustakaan yang memang tidak terlalu mewah tapi buku-bukunya cukup banyak dan aku sangat suka membaca buku ilmu pengetahuan tentang kesehatan, romance atau cerita-cerita, dan sinopsis-sinopsis dari kumpulan tugas kaka kelas. Bahkan saking betahnya aku diperpustakaan, penjaga perpustakaan pun akrab denganku, sesekali saat pulang sekolah sambil menunggu les dimulai, kadang aku membantu penjaga perpustakaan membersihkan dan membereskan perpustakaan. Ternyata banyak buku-buku bagus yang selama ini tersembunyi, karena memang tidak begitu teratur penataannya, apalagi buku-buku lama yang disimpan begitu saja dilemari.

Pernah orang tuaku berkata, „Kamu kenapa suka banget membaca dan menulis? Jika itu tidak ada sangkut pautnya dengan sekolah, yah sudah tidak usah, buang-buang waktu saja. Toh tidak menghasilkan uang“. Aku memang bukan penulis yang terkenal, yang bisa menjual hasil tulisan-tulisannya. Tapi bagiku, saat para pembaca mengatakan mereka menyukai hasil tulisanku atau menurut mereka tulisanku bermanfaat, maka ungkapan mereka telah membayar segala usahaku berpikir selama menulis, bahkan kantuk yang terkadang harus aku tahan, karena mencuri-curi waktu ditengah kesibukanku hingga tak jarang tak terasa waktu telah larut, semuanya hilang dan terbayar dengan senyuman yang merekah diwajahku. Alhamdulillah, ini salah satu caraku berbagi.

Aku sadari betul, aku tidak memiliki suara indah yang mampu menyanyikan lagu dengan merdu. Saat aku bernyanyi-nyanyi dikamar, mungkin saat itu nyamuk-nyamuk pingsan mendadak, itu penilaianku dengan suaraku yang hanya mampu aku manfaatkan untuk berkomunikasi, bukan untuk bernyanyi. Atau tubuhku dalam menari, aku tidak memiliki tubuh seperti biola atau seperti impian-impian wanita, jangankan menari, berjalan elegan saja masih dipertanyakan. Dan dengan ini, aku sadari betul, bahwa aku terlahir bukan dengan bakat menyanyi atau menari, melainkan dengan hobbyku yaitu menulis. Menulis membawa berkah, berkah kebahagiaan dan kepuasan tersendiri dalam hatiku, yang mungkin hanya aku yang mengerti, karena kalian belum merasakan indahnya kebahagian itu. Maka cobalah untuk menulis teman, maka kelak kalian akan mengerti apa yang selama ini aku rasakan.

2 Kommentare: