Mittwoch, 2. Mai 2012

Indahnya Namaku

Aku tidak tahu apakah ini pernah kalian alami, tapi ini terjadi pada diriku. Telah lama aku bertanya-tanya, kenapa orang tuaku memilihkan nama ini untukku? Nama yang menurutku kampungan dan pasaran, tidak unik atau indah seperti nama teman-temanku. Linda Siti Komah, setiap kali aku baca, aku tidak menemukan dari sudut mana aku harus bangga dengan nama pemberian orang tuaku. Apalagi saat aku teringan dulu ketika aku menjadi anak baru disebuah Sekolah Dasar, maka teman-temanku akan mengejek dan mencomoohku dengan nama tersebut. Saat kesal, entah aku harus kesal kepada siapa, apakah kepada kedua orang tuaku ataukah kepada seorang pegawai pembuat akta kelahiranku. Hingga mungkin orang tuaku melihat atau turut merasakan kesedihan dan kekesalanku yang sering dicemooh teman-teman, tiba-tiba sore itu mamah mendekatiku, saat aku sedang asyik membaca sebuah buku. Beliau bertanya kepadaku, “Linda, Linda ga suka yah sama nama pemberian mamah? Kalau Linda mau, Linda boleh kok memilih nama yang Linda suka, selagi Linda belum punya ijazah sekolah.”

Saat itu aku hanya terdiam, aku tak bergeming, matakupun masih tetap tertuju pada deretan huruf-huruf dihalaman buku yang dari tadi aku baca. Hingga mamah pergi meninggalkanku. Aneh rasanya, padahal aku kesal, aku tak suka dengan nama ini, tapi sedikitpun aku tak pernah memiliki niat untuk mengganti namaku. Walau aku akui, aku benci, marah saat mereka mencemooh dan mengejek namaku.

Tiba saat aku duduk di bangku SMA, aku tak ingin jika teman-temanku memanggil Linda, bayangkan disekolah itu ada lebih dari 5 orang memiliki nama Linda, hingga pernah terjadi saat seorang temanku memanggil nama Linda, padahal Linda yang dimaksud itu bukan aku tapi Linda yang lain, sayangnya aku telah terlanjur menyahut, malu rasanya. Sejak saat itu aku lebih suka dipanggil Nda, setidaknya ini sedikit berbeda.

Akupun telah lulus SMA tapi hingga detik itu aku masih belum menemukan sesuatu atau satu saja alasan yang bisa membuatku menemukan setitik saja rasa bangga akan nama pemberian orang tuaku. Waktu terus berjalan, petualanganku dimulai. Aku berdiri sendiri disini disebuah daratan yang sangat asing bagiku, dari mulai cuaca yang memiliki 4 musim, lingkungan dengan bangunan-bangunan tua nan megah, orang-orang berkulit putih dan berambut pirang, dan lagi bahasa yang sangat berbeda.

Dari awal hingga detik ini, aku selalu berusaha untuk mempelajari setiap kejadian yang aku alami, aku usahakan lebih sering lagi menulis, walau memang aku sudah suka menulis sejak aku masih duduk dibangku SMP, tapi aku masih belum berani mempublikasikan tulisan-tulisanku, aku kumpulkan semua tulisan-tulisanku, aku ketik ulang, hingga saat aku harus melihat catatanku dulu yang tak ubahnya seperti ceker ayam, aku tersenyum sendiri. Tapi inilah awal semuanya, awal dari hobbyku, awal dimana aku menemukan obat penghilang jenuh dan sepiku, yaitu menulis.

Sekarang aku memiliki beberapa link untuk mempublikasikan tulisan-tulisanku, aku ingin lebih baik dan terus lebih baik lagi menghasilkan tulisan, yang dulunya hanya bertemakan cinta, kini kian merambah kedalam kehidupan sosial dan sedikit tentang keagamaan. Pastinya setiap kali aku mengoreksi, selalu saja aku temukan kekurangan, tapi inilah ciri manusia, bahwa manusia takkan pernah sempurna begitupun karyanya.
Dari keberanianku untuk mempublikasikan tulisan-tulisanku, aku dapatkan beberapa komentar tentang karyaku, dari mulai pujian hingga kritikan. Awalnya pasti kita kurang suka dikritik, akupun begitu. Aku ingin mengatakan, memang kamu bisa berpikir lebih? Menulis saja kamu tak becus. Tapi lama aku berpikir, disinilah aku temukan titik keindahan, aku sadar apapun yang ada didunia tidak akan pernah mencapai kesempurnaan. Begitupun tulisan-tulisanku, pro dan kontra itu biasa, karena pemikiran setiap manusia itu berbeda. Yang penting bergantung niatnya, aku berusaha untuk menghasilkan tulisan yang positif menurut penilaianku, tapi belum tentu mereka menemukan hal yang positif yang aku selipkan disana. Dan dari sini aku sadar, akhirnya aku temukan alasan yang kuat, yang besar, yaitu aku bangga dengan namaku. Ternyata namaku indah, mungkin jika aku mengganti namaku, aku takkan singgah didataran ini. Nama yang dulu menurutku kampungan, tapi kini nama itu tercatat didaftar penduduk di dataran Eropa ini, nama ini dikenal oleh teman-temanku dari berbagai negara, nama ini terpampang jelas disurat-surat dinas yang aku terima, dan nama ini adalah anugrah, mungkin jika namaku bukan Linda Siti Komah, maka aku takkan mampu untuk memiliki keberanian berdiri disini sendiri tanpa orang tuaku, dan tak akan memiliki keberanian untuk terus menulis walau kritik-kritik pedas terkadang menghampiriku, dan sampai kapanpun aku takkan pernah merubah namaku.

Begitupun bagi kalian kawan, percayalah bahwa nama itu mengandung doa, nama itu pembawa berkah, coba ingatlah setiap hal dan kejadian-kejadian yang bersangkutan dengan namamu. Dan ingatlah, jika namamu bukan seperti namamu sekarang, mungkin semuanya akan berbeda, dan kejadian-kejadian indah itu takkan terjadi pada kita. Bersyukurlah dengan nama yang kita miliki.

München, 2 Mei 2012

Keine Kommentare:

Kommentar veröffentlichen