Aku ingin berlari jauh
sekali tanpa tujuan pasti mencoba melupakan kenyataan yang ada bahwa tubuh ini
memang kenyataannya bukan milikku. Aku ingin berlari hingga aku terjatuh,
terluka, berdarah-darah dan tak mampu bangkit kembali. Mereka berkata
aku berhati peri atau bahkan bagai malaikat tanpa sayap, tapi apa yang mereka tahu tentang itu? Mereka takkan pernah tahu berapa banyak hati yang telah aku lukai, mereka takkan pernah tahu berapa banyak kesalahan-kesalahan tanpa maaf telah begitu saja terlupa.
aku berhati peri atau bahkan bagai malaikat tanpa sayap, tapi apa yang mereka tahu tentang itu? Mereka takkan pernah tahu berapa banyak hati yang telah aku lukai, mereka takkan pernah tahu berapa banyak kesalahan-kesalahan tanpa maaf telah begitu saja terlupa.
Peri atau malaikat,
seolah sebutan itu takkan pernah pantas untuk disandingkan atau diberikan pada
sosok yang masih saja mencari bahkan entah kapan baru akan mengerti apa itu
iman. Penjabaran iman secara nyata yang mampu terparti dihati tanpa harus ada
tanda tanya, tanpa harus aku mencari dan terus mencari jawaban-jawaban dari
puluhan, ratusan, ribuan atau bahkan jutaan pertanyaan yang terus dan akan
terus menyerbuku dari waktu ke waktu. Membuatku benar-benar seperti orang
bodoh, bagai mayat hidup tanpa hati dan pikiran. Bagai Tuhan sedang
menjatuhkanku pada lubang terdalam yang gelap, sedangkan aku meraba-raba
mencari cara untuk selamatkan jiwa tanpa mampu berteriak.
Namun satu
yang aku tahu, cinta-Nya tak pernah meninggalkanku sendiri.
Karena iman bukan
warisan, melainkan perlu dicari.
Vienna, 16 september
2012
Keine Kommentare:
Kommentar veröffentlichen