Samstag, 15. September 2012

Jeritan Kelabu


Aku ingin berlari jauh sekali tanpa tujuan pasti mencoba melupakan kenyataan yang ada bahwa tubuh ini memang kenyataannya bukan milikku. Aku ingin berlari hingga aku terjatuh, terluka, berdarah-darah dan tak mampu bangkit kembali. Mereka berkata
aku berhati peri atau bahkan bagai malaikat tanpa sayap, tapi apa yang mereka tahu tentang itu? Mereka takkan pernah tahu berapa banyak hati yang telah aku lukai, mereka takkan pernah tahu berapa banyak kesalahan-kesalahan tanpa maaf telah begitu saja terlupa.

Peri atau malaikat, seolah sebutan itu takkan pernah pantas untuk disandingkan atau diberikan pada sosok yang masih saja mencari bahkan entah kapan baru akan mengerti apa itu iman. Penjabaran iman secara nyata yang mampu terparti dihati tanpa harus ada tanda tanya, tanpa harus aku mencari dan terus mencari jawaban-jawaban dari puluhan, ratusan, ribuan atau bahkan jutaan pertanyaan yang terus dan akan terus menyerbuku dari waktu ke waktu. Membuatku benar-benar seperti orang bodoh, bagai mayat hidup tanpa hati dan pikiran. Bagai Tuhan sedang menjatuhkanku pada lubang terdalam yang gelap, sedangkan aku meraba-raba mencari cara untuk selamatkan jiwa tanpa mampu berteriak.

Namun satu yang aku tahu, cinta-Nya tak pernah meninggalkanku sendiri.

Karena iman bukan warisan, melainkan perlu dicari.

Vienna, 16 september 2012

Keine Kommentare:

Kommentar veröffentlichen