Dienstag, 10. April 2012

Memilih Idola


Seperti yang saya lihat dan amati dijejaring sosial seperti facebook, twitter, dan jejaring sosial lainnya. Sebagian besar kaum wanita mengidolakan artis atau aktor-aktor indonesia atau bahkan korea.
Terkadang saya merasa aneh, ada yang sampai memajang posternya dikamar, ada yang sampai membeli barang-barang yang bergambar aktor atau aktris yang diidolakan, bahkan mungkin sampai rela-rela nangis atau ngambek sama orang tua karena ingin menonton sang idola manggung tapi tidak ada dana. Padahal yang mau saya tanyakan adalah, apakah mereka mengenal kalian? Apakah mereka peduli terhadap kalian? Sehingga kalian membela mereka hingga sebegitunya, sehingga tanpa kalian sadari hingga kalian membebani pikiran orang tua. Apakah mereka atau karya-karya mereka membawa kebaikan pada hidup kalian? Alasan apa yang kalian miliki untuk mengidolakan mereka? Karena mereka tampan, suaranya bagus, keren-keren, cute, manis dsb. Ok, sebagai manusia yang normal, pasti kita melihat ketampanan dan suara merdu mereka membuat kita suka, tapi yah ga perlu segitunya juga. Saya juga suka sama lagu Smash yang senyum semangat, karena memang lyriknya bagus. Tapi saya pikir ga perlu sampai fanatik juga kan. Toh mereka tidak mengenal kita.
Beberapa buku karya Asma Nadia

Beberapa Novel karya Habiburrahman El-Shirazy

Novel-novel karya Andrea Hirata

Malah saya ngefans sama Habiburrahman El-Shirazy, Andrea Hirata dan Asma Nadia. Aku ngefans sama mereka, tulisan-tulisan mereka bagus-bagus, apalagi film Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Ketika Cinta bertasbih, Ayat-Ayat Cinta, dan Rumah Tanpa jendela. Saya suka film-film seperti itu membangun, penuh pelajaran agama dan moral. Sayangnya sekarang sudah jarang sekali film-film yang membangun, kebanyakan sinetron-sinetron yang memamerkan kemesraan, percintaan lagi dan percintaan lagi. Seolah bosan melihatnya. Dan saya pernah mendengar salah satu ceramah dari ustadz Ahmad Al-Habsyi, yang dia katakan adalah, bahwa tanpa kita sadari apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar disinetron-sinetron itu mampu menempel pada kepribadian kita dan turut serta membentuk kepribadian kita. Saya yakin memang ada kebaikan didalam sinetron-sinetron tapi lebih banyak mudaratnya daripada yang baiknya. Jadi pintar-pintarlah memilih idola, memilih bahan tontonan. Hidup itu pilihan dan kita yang memilih apa yang kita sukai,  apa kita kerjakan dan akan menjadi seperti apa kita. Allah memang bersama kita, rahmat-Nya pun tak pernah terputus, tapi ingatlah Allah takkan mengubah suatu kaum jika kaum itu sendiri tidak berusaha untuk mengubahnya.

Keine Kommentare:

Kommentar veröffentlichen